KASIH YANG TAK DIINGINKAN
menatap kami semua dengan heran, terutam
, jadi belum sempat aku beritahu," Bibi yang langsung menjawab. "Makanya aku ke sini itu, buat
angnya mepet begini sama Kasih?" Paman kembali bertanya, den
pula, jadi ya ... kelupaan bilangnya." Bukan hanya gelisah, Bibi juga
duli gestur Bibi yang terlihat enggan ditanyai di depan orang l
an anak-anak?" Kak Risa dan R
na, kita tunggu di sini." Paman kini beralih padaku, sayangnya ka
suara, sambil memberikan kode dengan matanya. Paman yang di belakang Bibi tentu tak melihat hal itu. Sebenarny
warung yang lain," jawabku pelan. Bibi terlihat menganggukkan kepalanya samar padaku, se
ang sejak tadi diam saja, akhirnya bersuara, pura-pura l
ura-pura. Seperti biasa, kekompakan Bibi dan anak-anaknya memang patut diacungi jempol
a untuk makan di restoran baru dekat dengan pertokoan itu, Nak. Rencananya bisa sekalian belanja di sana." Akhirnya aku tahu alasan dari sikap kikuk Bibi, dan arti dari wajah kusu
n tawa dalam hati, melihat wajah mereka bertiga menjadi merah, menahan marah. Memang tujuan utamaku itu, padahal aku tak terlalu tertarik pergi, ditam
di jalan, gara-gara kamu." Bibi kembali ke mode judesnya. Padahal kalaupun terlambat itu karen
umah dengan cepat. Sengaja aku tersenyum lebar di depan Kak R
uga sempat mandi sebelum shalat ashar, lagi pula pilihan b
anya Paman menyewa mobil Pak Adi, salah satu tetangga kami, yang meman
h, kami berangkat menuju pertokoan yang ada di kabupaten, dengan
mesan makanan yang ada di daftar menu, Pak Adi juga diajak Paman untuk makan. Menu di
n yang tadinya 'kusut' itu kembali ceria. Mereka makan dengan lahap, sepert
ja, aku yang memang makannya belakangan -usai shalat dzuhur- sempat her
kku, rupanya ini alasan sebenarnya, aku hanya bisa menggelengk
-tiba, sambil mengarahkan pandangannya di m
a Bibi cuek, masih f
a, Bapakn
e
lu raksasa mem