MENJEMPUT ISTRIKU
Utara dan
m pemerintahan maupun masyarakat, memperburuk kesulitan rakyat je
ditemukan pertambangan besi, banyak masyarakat Caihina mulai mempelajari seni pandai besi. Kehidupan
a terpencil dan sering terlupakan oleh pemerin
rakyat jelata dan dikenal sebagai suku terbelakang membuat mereka selalu terpinggirkan. Padahal, garam dan
han, monopoli perdagangan hasil bumi Caihina mulai berubah. Masyarakat Caihina akhirnya dapat menikmati hasil jerih payah mereka, baik dari menambang garam maupun mengolah kulit binatang. Namun, keberh
at Rowt-seorang rakyat jelata yang menjadi bangsawan-sebagai ancaman. Sejak saat it
etap berjalan, meski harus menghadapi kondisi perbatasan yang semakin berbahaya, terutama di hutan yang berbatasan dengan Nauruan. Setiap kali dagangan merek
up serupa. Pekerjaan ekstrem seperti berburu dan menjadi pandai besi bahkan dilakukan oleh wanita seperti Atthy. Ini bukan hal luar biasa di Caihina, sebab banyak remaja wanita Caihina lainnya yang dibesarkan dengan didikan keras. Sejak usia sembil
n hidup di tempat seperti ini. Karena itulah, wanita-wanita Caihina dikenal sebagai sosok yang tangguh dan berwibawa, tidak kalah dengan para pria. Me
yang penuh liku itulah yang membuat Rowt berhasil mendidik anak cucunya, meski hanya dengan pendidikan dasar. Ash, yang pernah mengenyam pendidikan akademi hingga lulus, memiliki pemahaman yang lebih luas dan memudahkannya untuk menikahi Laur
gsawan dari ibunya yang dulu merupakan guru etiket sebelum menikah dengan Ash. Pendid
ya yang membutuhkan, terutama Gafy. Keinginan adiknya untuk melihat dunia lebih luas membuat Atthy mulai memp
t daripada yang tampak di luar. Namun, yang lebih mengkhawatirkannya adalah kesehatan Gafy. Atthy merasa jika memiliki lebih banyak sumber daya, dia bisa memberikan kehidupan yang l
-
-
l, dan keduanya sangat dihindari oleh banyak orang karena medan dan kontur wilayahnya yang sangat berbahaya. Wilayahnya memang luas, namun bany
d Duke yang tegas dan berwibawa. Kepemimpinannya yang kuat menjaga stabilitas di wilayah tersebut meskipun sering kali dilanda potensi konflik. Sementara itu, Nauruan, yang memiliki iklim tropis hingga cenderung
Ketidakseimbangan ini sebagian besar disebabkan oleh Count Veraga yang selalu iri dengan kemewahan Xerces, ibu kota kerajaan yang berkilau. Untuk mengatasi rasa iri tersebut, Count Veraga penerima mandat kerajaan untuk mengurus Nauruan. Dia berusaha keras agar Nauruan bisa tampil serupa dengan me
muran itu berasal dari hasil tambang mereka, seperti batu bara, emas, dan berlian. Meskipun Alpen terletak di ujung negara, jauh dari hiruk-pikuk dunia, mereka tidak tertinggal berkat kepemimpinan Kl
ilayah yang rawan. Alpen, Skythia, dan Kargavs adalah tiga wilayah yang masih diperebutkan oleh enam kerajaan besar. Perang perebutan wilayah ini sudah berlangsung lebih dari dua abad, sejak era kepemimpinan Grand Duke Gri
-
-
ngan kebiasaannya, mulai menyiapkan sarapan, dibantu oleh Gafy yang dengan cekatan mengatur bahan-bahan yang diperlukan. Dimi, si bungsu, mengurus hewan peliharaan mereka serta
g sangat dihargai, menjadikan mereka terkenal di kalangan para pedagang. Kualitas kulit dan bulu yang mereka
endok beradu dengan piring dan suara napas yang tertahan. Atthy menggenggam erat ujung pakaiannya, merasa teka
meskipun ada ketegangan yang terselip di dalamnya. "A
dengan evaluasi. "Atthy, jangan terburu-buru mengambil keputusan. Pikirkan dulu baik-baik!" serunya, suaranya s
ak tahu apakah keputusan ini terlalu terburu-buru atau tidak. Tapi, Ayah, aku merasa suda
pan pria tua itu tidak menyiratkan kemarahan, melainkan sorot tajam
an, ini adalah kesempatan langka. Lagi pula, dia seorang Grand Duke yang sangat disegani, dengan wilayah besar seperti Alpe
an cucunya. "Atthy, apa kau yakin tidak mau memikirkannya lagi?" tanyanya sekali lagi
dah melakukannya. Keputusan ini aku ambil setelah semalaman berpikir." Ia berhenti sejenak, sebelum melanjutkan dengan suara yang sedikit lebih lembut, "Tapi...
ucapkan-sebuah ketakutan halus yang berusaha ia sembunyikan. Ia mencoba memberi r
kin berat. Mereka mengenal Atthy dengan baik-anak ini tidak akan mengatakan sesuatu d
enang, berusaha menyembunyikan kegelisahan yang berselimut dalam diri
hari ini akan mengub
unyikan. Hatinya berat, tetapi ia tahu Atthy sudah memutuskan dengan tekad yang bulat. Dalam diam, ia merenungkan semua kemungkinan yang akan datan
thy dengan lembut. Ada kehangatan dalam sentuhannya, namun juga kekhawatiran yang tidak bisa disembunyikan. Usianya sudah lanjut,
angan yang mengganjal. ''Terima kasih, Kek...'' jawabnya, matanya sedikit berkilau
ung. ''Baiklah...'' ujarnya, suaranya penuh perintah yang biasa terdengar di rumah ini, meskipun a
irannya melayang, mengkhawatirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia tahu betul keputusan ini
nya. Meskipun ceria, ada kilatan kecemasan di matanya yang tak terucapkan, merasa terje
ukkan, meski di dalam hatinya, ada suara kecil yang bertanya-tanya apakah ia telah membuat keputus
Atthy mengangguk dengan senyum di bibirnya. Melihat adik bungsunya begitu penuh semangat sedikit membant
adalah pintu yang akan membawanya ke dunia yang jauh lebih besar, dengan potensi bahaya yang tak terlihat. Meskipun ia mencoba menenan
-