icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

PEMBUNUHAN DI GEDUNG TUA

Bab 4 Penemuan Mayat

Jumlah Kata:1536    |    Dirilis Pada: 11/09/2024

ang. Lorong-lorong gedung tua itu kini terasa semakin sempit, seolah-olah ingin menelan mereka hidup-hidup. Hanya cahaya senter Raka yang bergetar menembus

dak ada balasan, tidak ada suara langkah kaki yang mereka denga

dengan suara pelan, seolah takut suaranya akan memancing sesuatu yang tidak diingin

"Tunggu, apa itu?" bisik

yang terbuka sedikit-pintu yang seharusnya tertutup rapat saat mereka lewat sebelumny

gumam Sinta dengan nada cemas, mengik

intu, lalu dengan satu tarikan, dia membukanya lebih lebar. Udara dingin seger

uanya tampak tak tersentuh selama bertahun-tahun. Di ujung kelas yang ge

, seolah-olah terkejut oleh sesuatu yang tak bisa ia hadapi. Darah mengalir dari mulutn

ntara Sinta jatuh terduduk di lantai, terisak. Arman

rasa kaget dan takut yang begitu besar. "Bagaimana ini bi

ngan hati-hati. "Dia sudah mati," katanya dengan suara

kini berubah menjadi teror nyata. Seseorang-atau sesuatu-berada di antara mereka. D

nik. "Ini sudah gila! Seseorang akan membun

Sinta, air matanya tak berhenti mengali

s takut. Kemungkinan itu muncul, walau terdengar tak masuk akal

ya dengan tempat ini. Ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar perselisih

atu," kata Arman perlahan. "Sesuat

tan. "Kau pikir dia tahu rahasia yang tersembuny

t sesuatu yang seharusnya tidak dia li

elas terdengar-seperti langkah kaki yang pelan, bergerak menjauh. Suara itu

" bisik Raka. "Dan kita

hu, apa pun yang mereka hadapi, ini bukan lagi sekadar reuni. Gedung tua ini menyimpan lebih dari sekadar kenan

ut-larut dalam ketakutan," katanya dengan nada serius. "Kita harus tetap bersatu, apa pun y

n. Pembunuhan Rudi adalah peringatan bahwa apa pun yang mengintai mereka, belum selesai. Dan saat malam

nya dengan langkah pelan. Gedung tua itu kini terasa seperti labirin yang penuh dengan jebakan, s

uaranya pelan dan dipenuhi rasa takut. "Aku meras

berubah. Rasanya setiap sudutnya berbeda dari yang kita ing

tegas. "Ada seseorang di sini. Seseorang

yang bergerak cepat di balik bayangan. Semua orang terdiam, mata mereka me

mecah keheningan. Tidak ada jawaban, han

"Kita harus memutuskan apa yang akan kita lakukan. Kalau kita te

mencari jalan keluar, atau paling tidak, kita

kita akan mencari tahu. Tapi kita harus

ngin. Gedung tua itu terasa seperti memerangkap mereka dalam atmosfer yang semakin men

. Cahaya senter Raka menembus celah pintu, menyoroti isi ruangan yang tampak seperti ruang ke

, sedikit mengendurkan ketegangannya. "Aku pernah

pi oleh debu tebal, tapi anehnya, tidak ada tanda-tanda kerusakan besar di ruangan ini. Buku-buku tua

Dina dengan nada bingung. "Seperti... masih

dari rak dan membukanya, tapi halamannya kosong. "Ini tidak masuk akal," katanya sambil meneliti

ah bingkai foto yang tergeletak di sudut meja. Dengan tangan gemetar, dia mengamb

an suara nyaris tak terdengar. "

jah mereka masih polos dan penuh semangat. Itu adalah mereka saat masih sekolah dulu. Namun, ada sesuatu ya

na, panik. "Siapa yang tahu kita ak

ari lorong di luar ruangan. Kali ini, langkah itu terdengar lebih j

rsembunyi di balik meja dan rak buku. Jantung me

bergerak, hanya menatap celah-celah kecil dari tempat mereka bersembunyi. Suara langka

tidak ada siapa pun di sana.

an yang tak terlihat. Suara pintu terbanting terdengar dari arah lorong, dan sek

ni," bisik Arman. "Kit

il dari dalam ruangan. Rak buku di sudut ruangan jatuh dengan keras, hampir me

a yang terjadi?

bunyian. "Tidak ada waktu lagi. Kita harus ke

, kini berubah menjadi tempat yang penuh ancaman. Mereka tidak tahu apa yang menunggu mereka di ujung lorong berikutnya,

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka