Balas Dendam seorang ibu
ketegasan dalam nada suaranya. "Kalau kau datang unt
nya. Cahaya lampu jalan yang redup memperlihatkan siluet tubuhnya yang kokoh, meski ia tampak kelelahan, baik secara fisik maupun emo
ahu rasa sakit yang kau rasakan. Aku tahu kata-kata tidak akan mengubah apa pun, tapi..." dia terdiam sejenak, memilih kata-
menghantam setiap sudut jiwanya yang telah lama hancur. Ia ingin menjawab dengan cepat, ingin mengatakan bahwa ia me
um puas," jawabnya akhirnya, suaranya serak, seperti dipaksa keluar dari tenggorokannya
da rasa takut terhadap apa yang mungkin terjadi selanjutnya. "Dan siapa sekarang target selanjut
hanya memancarkan kebencian yang dalam. Senyuman tipis, hampir seperti ejekan, terlukis
ng tak ingin diingat oleh siapa pun yang mengetahuinya. "Tony...," dia mengulanginya, lebih kepada dirinya sen
bagian dari ini semua. Dia ada di sana, tertawa saat anakku memohon... Saat darahnya mengalir di antara mereka, seperti hibur
genalnya-atau setidaknya, dulu. Sekarang, yang berdiri di hadapannya adalah seseorang
berpikir... sejenak saja, tentang apa yang akan kau dapatkan dari semua ini. Kau sudah membalas dendam pada satu oran
g. "Aku tidak mencari kedamaian," ka
anya. "Ini bukan keadilan, Maya. Ini pembalasan dendam. Da
id. Tidak ada yang bisa diperbaiki. Satu-satunya hal yang bisa kulakukan seka
yang begitu mendalam. "Kau akan kehilangan dirimu sendiri, Maya.
n mereka merasakan rasa sakit yang sama seperti yang anakku rasakan. Aku ingin mereka memohon, aku in
a. Dia tahu bahwa kata-kata tidak akan mengubah apa pun. "Bagaimana kau ak
ara untuk memastikan dia merasakan ketakutan yang sama seperti yang anakku rasakan. Tapi aku tidak a
berbahaya, Maya. Dia punya koneksi, dia punya uang, dan dia punya ke
tidak takut pada siapa pun. Satu-satunya hal yang aku takutkan adalah tidak bi
"Kau tahu, Maya," katanya pelan, "aku pernah kehilangan seseorang yang sangat kucintai juga. Aku tahu bagaimana rasanya..
perti ini. Kau tidak tahu bagaimana rasanya melihat mayat anakmu tergeletak di rumah sakit, tubuhnya penuh luka, dan tahu bahwa mereka yang melakukan ini
"Aku tahu kau terluka, Maya. Dan aku tahu kau tidak akan berhenti. Tapi, apa yang akan kau
Tapi dia menepisnya. "Aku tidak peduli," katanya akhirnya. "Aku tidak ped
asan dendam. Dan pembalasan dendam tidak pernah berakhir baik. Kau mungkin aka
tu-satunya yang tersisa untukku sekarang adalah balas dendam. Dan aku akan menyelesa