Night Flower
menusuk hidung, berlomba dengan asap rokok yang menyesakkan dada. Bagaikan sengaja men
laras dengan pakaian para pengunjung Heaven Club di mana mereka memakai pakaian ya
iri di balik pembatas dengan wajah datarnya. Di sampingnya seorang wanita d
un untuk seekor semut berkeliaran. Club ini penuh sesak dengan 'uang'."
a berdiri berdampingan, mau tak mau wnaita itu bisa melihat dada bidang denga
ng kau
segera membuang muka. Bagaimana bisa dia ketahuan memperhatik
ang bisa dia katakan, ten
g kian malam justru bertambah ramai. Pintu masuk tak pernah bisa t
baru di Club malam ini. Kebetulan ini adalah hari Tuan be
uhnya. Tak ada campur tangan orang lain sedikitpun. Minuman, semuanya di kirim dari perusahaan minuman
gel'. Belum pernah diicip oleh siapapun. Makanya dari tadi saya menyebutnya
perempuan yang asistennya, Denada, bawa adalah pembawa keberuntungan. Karena baru mendengar namanya saja, ada b
aan itu dilempar tanpa banyak emosi berarti. Hanya sebu
. Jadi Tuan tak perlu khawatir. Pasti perempuan secantik itu tak ingin hidu
ucap
tik. Karena tak ingin salah bicara lagi, dia pun memutuskan
.
a lorong-lorong remang, langkah kaki pria berparas tampan itu bagaikan peringatan
ika sudah sampai di depan dua belah pintu besar. Dengan sopan dia membukakan pintu, mempersilahka
erah, dengan meja kaca persegi di tengahnya. Aroma harusm sensual tercium d
uga akan ikut menilai!" teriak wanita i
angkat kecil, menunggu hingga salah satu tangan milik dua wanita itu membuka tirai. Wanita berdand
tersenyum lebar adalah Denada. Sedangkan perempuan yang menunduk dengan tangan menggengg
kamu?" tan
ir berlipstick merahnya. "R
utus pandang barang sedetik pun. Netranya seakan dipaku pada waja
," perintah wanit
atunya lagi merangkul punggung perempuan itu dia mendekat. Raisa
saya Da
nelan ludah dan bukannya menjawab, dia segera mencekal lengannya. Ma
g kering, berusaha menjawab
isa dan beralih bersilang dada. "Ka
pelototan tajam terlempar ke arahnya. Akhirnya ia hanya bisa me
. "Kamu membuat saya kesal, jadi
dari si pria mampu meng
lau bukan namanya yang d
ali memanggil. "Kenapa
delik padanya, bergantian. "Saya ... memb
ertarik ke ata
yang terasa kering, hingga lipstik yang semula tebal kini berangsur samar. W
nya ijazah SMP ... tidak ada yang mau menerima saya bekerja. Satu minggu y
ia mendekati Raisa. Kakinya berhenti melangkah tepat satu jengkal d
ala kamu,"
ung di samping tubuh pun terangkat. Dengan kedua jari dia menyen
an darah. Bahkan dagu belah dua yang menjadi impian banyak wnaita. Yang terakhir, yang paling menarik perhatian pr
menelengkan kepala kecil, mempermudah diri