Sang Penebar Benih
patku sambil menutup l
kerja bahwa aku belum bisa diterima bekerja di perusahaan itu. Entah sudah berapa banyak surat lamaran dan entah berapa banyak perus
ahal semuanya sudah terpenuhi, mulai dari persyaratan hingga
kota kecil di bagian timur pulau Kalimantan. Tapi saat ini aku sedang berada di kota pahlawan untuk kuliah dan bekerja. Setidaknya beg
ar bisa menjamin diriku di masa depan nanti. Namun nyatanya, IPK yang tinggi dan nilai yang bagus tak menjamin semuanya. Aku masih menganggur sampai saat ini meski sudah melamar ke berbagai
ku masih mengandalkan kiriman bulanan dari orangtuaku. Sungguh memalukan sekali. Sudah lulus kuliah bukannya kerja malah jad
dari kamar lalu melangkah menuju ke teras. Tak lupa aku menyambar
amun. Aku memikirkan harus berbuat apa ke depannya. Sejenak aku berpikir, apakah hidupku akan begini-begini
miliknya. Jelas langsung kutolak tawaran dari ayahku itu. Bukannya gengsi, aku ingin sukses dengan usahaku sendiri. Yah, meskipun keliha
seorang yang mana dia adalah tetangga kontrakanku. A
elamun. Ngga elok (pamali)
asku singkat de
aku tak tahu nama aslinya. Dia adalah seorang ibu rumah tangga beranak satu yang usianya 30 tahun. Suaminya yang bernama Mas Jono, adalah seo
n sendiri?" Tanya Mbak Sri sembari ber
an. Capek mbak nganggur terus
a mikirin aku," balasnya
Mbak Sri, nanti bisa-bisa
gga sayang sama aku lagi. Buktinya tiap pulang a
hal dari penilaianku, Mbak Sri masih terhitung lumayan cantik. A
ang agak nungging itu bisa membuat siapapun lelaki, termasuk diriku pasti akan tert
titik kecil yang mencuat di dadanya karena mataku langsung tertuju kesitu. Sudah bisa dipastikan kalau ia
nggal mancing. Daripada ditingg
tuh kasih sayang mas. Masak ti
ng bisa ngobrol baik-baik Mb
epat. Bagian OB sih. Mas Rudi mau ngga. Kalo mau aku kasih nomornya. G
Namun aku kembali teringat dengan tujuan awalku yang paling mendasar, yaitu sukses dengan tanganku sendiri. Mungkin saja info
u mau. Siniin no
balas Mbak Sri sembari bangkit dari tempat du
elah kucek, Mbak Sri mengirimkan sebuah pesan vi
" Tanya Mbak Sri dari de
Makasih ya
a nanti jangan lupa traktirannya
asti ada traktiran. Kalo ak
loh jangan ngintip," godanya sambil ter
suk, aku pun juga memutuskan untuk masuk ke kontraka
mendapat nomor dari Mbak Sri tadi, aku langsung mengirim pesan
telpon dari nomor yang ku WA tadi. Tanpa b
engar suara yang begitu le
aya dapat info kalo ada lowongan untuk
lamarannya ya. Nanti bilang saja mau ketemu Pak Bendi un
ang. Terima kasih ya Bu. Maaf kalo saya men
ga apa-
u saya permi
I
a-lama, aku langsung mempersiapkan segala keperluanku untuk esok ha
tidur. Tak lupa, aku juga menyetel alar