Beri Kami Rumah
dan seserahan yang akan diberikan ke keluargaku, sebutannya jaminan atau pisuke. Kata mereka, orang tuaku kekeh dengan jumlah tertentu dan tidak ing
serbuan pihak keluarga dan masyarakat yang menyasar kepadaku. Oleh karena hal tersebut terjadi terus-menerus, aku stress dan sering mengurung
engar ceritaku, tidak pernah menunjukkan batang hidung di depanku. Sampai suatu kejadian pun datang, semua keluarga Giyung, B
h bicara tadi, kami sampai berdebat panas dan kedatangan kami tadi bukan seperti keluarga lagi
memohon-mohon kepada orang tua dan keluargany
kait hal ini. Akan tetapi, aku disuruh diam dan menerima has
i banyak kesimpulan dan prediksi yang aku dapatkan dari sikapnya, dia ternyata masih bernaung dalam perintah dan aturan keluarganya. Sebelum menikah saja
amu, tugasmu sekarang ambil hati orang tuamu supaya mau menurunkan harga. Kalau kamu mau cepat selesai dan tidak berlarut-larut seperti ini, minta keluargamu tur
lau dia tidak pulang dan kamu menunggu lebih lama lagi, mungkin dia bisa tuh
k-baik sama keluargaku. Apakah semua salahku jika keluargaku meminta harga segitu? Dimana salahku coba? Bukannya Bapak yang seharusnya berusaha, bermusyawarah baik-baik dengan keluarga besar Bapak, tidak menyalahkan orang lain. Dimana peran Bapak sebagai seorang ayah? Bapak tidak ingat
alkan saja sebelum terlanjur" saran dari Paman
mpung, baru kita bertindak. Biar nanti keperluan anak ini ditanggung dulu di rumah Pa
uju" jaw
m kita bawa ke rumah Pa
memintaku dengan baik-baik dan sekarang memindahkan ku seperti barang" celetukku lagi sambil menangis sesenggukan. Pa
k bisa berjalan normal. Dia turut hadir ke bawah menyaksikan perdebatan kami.
ami atau diam di sana seper
mana-mana, aku mau musyawarah
akan. Dia panik dan menggendongku ke kamar. Perutku semakin melilit dan tidak bisa kutahan lagi. Aku muntah terus-menerus dan kepalaku pusing. Lama
dia hanya akting saja" ka
has masalah pernikahanmu dulu" tam
pikuk yang terjadi barusan membuatnya terpukul dan sekarang bebannya ditambah ketika aku kes
ol
ol
aku sebanyak
membuatku percaya akan bukti cinta, bukan lagi tentang mimpi-mimpi yang semu. Tangan yang akan menggenggamku sampai akhir hayat, bukan
di sebuah tempat yang penuh dengan pencahayaan. Aku rasakan tubuhku ditusuk-tusuk oleh sesuatu, perih dan sempat membuatku mengaduh kesakitan. Hidungku terasa dihalangi sesuatu, udara