Beri Kami Rumah
nya untuk mempersunting aku ternyata tidak main-main. Sebelumnya aku mengira dia tidak akan berani men
g sama aku, ayo pulangl
ini aku pula
campur aduk. Aku bisa melihatnya dengan nyata, duduk di depanku, tidak lagi di layar ponsel. Tubuhnya yang sedikit berisi, kulitnya sawo matang dan lesung yang hanya ada di pipi kanannya sebagai penanda bahwa dia adalah Giyung.
apanya
awabku
r cantik" pujinya berusa
kasih. K
juga cantik?" t
. Kamu ju
gi ke Sembalun,
u mau
ertama dalam hidupku. Tidak seperti hari minggu sebelumnya, berkutat dengan tumpukan buku dan bermain ponsel di kamar seharian. Dan sat
ngkat lebih awal karena Sembalun jauh dan akan mene
O
*
n warna hijau dan aku padankan dengan jilbab berwarna milo. Outfit sederhana bagi aku yang tidak suka ribet. Aku tidak mengenakan jaket karena tubuhku sudah tahan banting dengan hawa dingin perjalanan. Saat masih kuliah dulu aku
aku segera menghampirinya. Penampilannya juga cukup sederhana, kaos oblon
anya menyuruhku n
sa aku meremehkan hawa dingin di gunung yang tidak pandang musim. Giyung sepertinya memperhatikan aku
inum kopi d
u tidak s
gat" paksanya. Akhirnya aku pasr
ada yang sarapan dan memakan cemilan lainnya seperti cilok. Sebagian dari mereka menggunakan ransel cam
inum apa?"
u aj
u, Bu" minta Giyung kepada seor
lain lagi?" tany
nya Giyung kepadaku. Ak
ungkus
am atau
uru-buru menimpali agar Gi
khusus disediakan untuk para pembeli. Pengalaman langka bagiku, menikmati suguhan makanan dan m
at mukamu pucat. Nih pake punyaku sa
dah terbiasa begini. Jangan khawatir" tolakku merasa
gak sara
sarapan. Sebelum berangkat, aku sem
n sekali
h butut, mesinnya tidak bisa dipaksakan di gas terus-menerus. Rem-nya juga tidak terlalu berfungsi. Terkadang orang yang berlalu lalang melihat kami dengan tatapan aneh dan iba. Sama sek
utan mengambil jalan. Pantas saja saat memasuki daerah ini, jalanan sangat padat dan macet. Sedangkan orang lokal bisa dibilang kalah banyak dengan mereka. Aku dan Giyung memutuskan untuk istirahat sejenak di salah satu
buah strawberry asli disin
nta sama susu
ng Ibu yang sedang menunggu barang dagangannya. Ibu itu me
antara kami berdua. Topik-topik yang aku susun semalam tidak manjur saat berpapasan dengannya langsung. Sebagai pengal
ang lewat Panta
an diatur sa
Mataram. Kami berhenti di warung bakso langganan ku saat kuliah dulu. Warung Bakso Pak Tejo adalalah pilihan untuk mengisi perut yang kero
ambisius. Aku menatap lekat sudut demi sudutnya, mengingat-ingat setiap cerita yang pernah aku lewati. Dulu ak
mberikan bingkisan buah dan sayuran yang kami beli di Sembalun. Aku membuat kesimpulan singkat bahwa kencan pertama ini masih belum berhasil merunt