Beri Kami Rumah
a, kini terpatahkan sia-sia. Masa depan yang dulunya aku mimpikan sedari kecil kandas di tengah jalan. Semuanya terkubur dalam l
Bahkan bergelut di dunia asmara, aku anggap itu hanyalah ilusi yang akan menguras tenaga saja. Begitulah prinsip
ugas, laporan dan ujian. Banyak dari teman-temanku mengeluhkan salah jurusan. Namun, sama sekali tidak bagiku. Semua itu aku anggap sebagai tantangan dan kerikil-kerikil kecil ya
lajar menulis dan mempublikasikannya, mungkin hanya itu saja kegiatannya. Tidak ada program ke luar kampus, membuat acara-acara sampai harus rapat setiap hari atau set
gunakan untuk hal tersebut, ikut lomba dimanapun asalkan gratis. Apalagi lomba yang sering diadakan oleh pemerintah atau instansi besar BUMN, itu adalah lomba paling bergengsi dan sangat aku t
nya, atau bisa dikatakan sudah mengalami situasi susah semasa hidupnya. Aku tidak suka mengingat kisah pilu itu, tapi semoga saja bisa menginspirasi. Sejak menginjak bangku kelas 2 SD, bayangkan saja
sa inggris setiap hari, pergi jalan-jalan dan mengeksplor dunia luar sesuka hati. Itulah mimpiku. Kuliah ke luar negeri sampai bergelar pr
ah dihafal oleh Pak Jufri karena keseringan datang ke kantornya untuk melapor prestasi-prestasi yang aku raih setiap bulannya. Perlu digarisbawahi b
*
sih banyak hal memuaskan yang tidak sempat aku persembahkan untuk kampus tercintaku. Namun, ada rasa bangga dibalik itu semua. Bangga pernah menjadi bagian keluarga besarnya, mengenakan almamater biru tua yang berlogo kelopak bunga kuning. Inilah
yuk kita siap-siap" kata salah sa
a pilihan yang mewakili ratusan teman lainnya. Selain dilandaskan dari IPK tinggi, tapi juga dilihat dari puluhan prestasi yang pernah dikumpulkannya. Aku sudah terbiasa mendapatkan perlakuan is
inggi kampus, tetap saja ada rasa gugup yang mengelabui pikiranku pada detik-detik giliranku. Kakiku bergetar t
egar. Riuh tepuk tangan dan decakan kagum memenuhi seluruh ruangan. Aku berdiri dan mengunt
enghargaan. Saat memasuki ruangan Dekan, aku mengira tidak ada orang. Ada dua
ng. Aku bangga memiliki mahasiswa sepertimu. Semoga di lain waktu
rasaan haru saat aku dinantikan sebagai rekan kerjanya. Harapan dan ekspektasinya sangat bes
bisa menyaksikan dan turut andil. Pada saat acara wisuda pun aku mendapatkan plakat, bunga dan uang apresiasi dari kampus. Benar-benar
ang hati membantai setiap pertanyaan mereka. Satu minggu setelahnya berita itu dipublikasikan di media cetak. Akibatnya dalam satu bulan
masih dalam khayalanku saja. Khayalan yang ingin aku wujudkan dari dulu. Khayalan yang menjadi wish list