Death, Love and Life Phantom!
tingkat pertamanya menunggu lampu penyebrangan berwana hijau bersama dengan pejalan kaki lainnya. Masih ada dua puluh detik lagi, kendaraan di jalanan itu melaju dengan
g memakainya itu seorang model. Dia cantik sekali," bisik seorang gadis SMA pada teman di sebelah
melakukan hal baik di kehidupan sebelumnya," sahut temannya yang h
mbuka folding gate mereka. Sebuah toko bunga menyusun jajaran dagangannya hingga terlihat seperti taman bunga kecil penuh warna dengan seorang pemilik toko yang tampan.
ungkin hanya sekedar kewajiban. Bersama dengan para siswa baru lainnya, Yuna menuju papan pengumuman untuk melihat kelasnya. Satu-A, begitu informasi yang terpampang menu
i tahun belajar kalian di sekolah ini." Mengedipkan sebelah mata dengan polahnya yang ceria. Para siswa dipersilakan mengenalkan diri masing-masing tak terkecuali Yuna. Dengan antusias mereka menyebut nama saling mengakrabka
ia sering terjebak jikalau ia melakukan kesalahan saat ia berinteraksi dan seseorang akan marah padanya. Ia masih bisa tersenyum saat seseorang mengajaknya bicara dan menjawabnya de
awa acara mulai membuka acara yang dilanjutkan dengan sambutan oleh beberapa pihak yang ditentukan hingga beberapa kata dari seorang pria tua bijak yang merupakan k
an mereka. Rambut coklat keemasan dengan bola mata berwarna amber. Ia Daven, pria dengan tubuh dan wajah yang sempurna. Dalam kata-kata yang disampaikan tercermin seseorang yang cerdas dan aur
n brosurnya yang menarik. Seorang pria boncel berlari terburu-buru membawa kardus dengan setumpuk barang di tangannya. Karena tubuhnya yang t
r
berantakan ketua akan memarahiku," ceroceh pria boncel terse
h Yuna yang masih t
segera pergi ketika semua bawaannya sudah kembali terkumpul. Nam
kkan barisan giginya
yang berpakaian cosplay tokoh anime. Axel berterima kasih kepada Yuna karena ia telah membantunya. Seorang pria berp
kan cocok jika memakai kostum maid dengan telinga kelinci. Kyaaa membayangkannya saja sud
. Kami rainbow club, silakan jika tertarik ini brosurnya," ucap ram
, namun belum berpikiran untuk masuk dalam klub tersebut karena memang belum
h berharap Yuna mau bergabung. Sambil berjalan Yuna menga
m kemud
a sambil masih berkutat dengan klub mana ia harus bergabung. Sekolah Eden mewajibkan seluruh muridnya untuk mengikuti setidaknya satu klub di sekolah itu terlebih bagi seorang murid beasiswa prestasi seperti Yuna. Ia pun membuka
ya Yuna beranjak menuju stand klub bahasa inggris untuk mendaftar. Stand-stand klub ma
-kata itu di depan stand yang Yuna datangi, ia melihat sejenak dan seor
g dengan klub kami
aya mau m
selesai, ok." Yuna mengisi form yang diberikan kepadanya dan segera menyerahkannya
V
sendiri dan tak merepotkan mereka yang selama ini telah baik merawatku. "Aku juga harus segera mencari kerja sambilan," pikirku saat itu, namun semuanya tak semudah yang aku bayangkan bahkan barang-
g di rak masih berantakan belum selesai ditata. Mataku awas mencari ke setiap barisan rak untuk mencari apa yang kubutuhkan. Selesai memilih aku menuju kasir untuk membayar
tang kembali," ucap pelayan mi
ang menanyakan keadaanku juga sebuah grup obrolan baru anggota klub bahasa inggris, rupanya mereka telah memasukkanku ke dalamnya. Obrolan grup ramai bersahutan begitupun dengan bunyi pe
um kukeluarkan dari kardus semenjak pindah. Memanaskan makanan kemasan dari minimarket semalam ke dalam microwave. Memandang wajah yang terpantul pada cer
u, haah kau mema
ng selalu ban
i seragam sekolah memakan sarapan yang telah kupanaskan. Nasi berwarna kuning yang ditambahi beberapa pendamping berupa ayam suir, poton
u!" teriak seorang pria paruh baya
lan!" teriak wanita yang ditabraknya, ia terjatuh hingg
nerbangkan seluruh isi dokumen yang dibawanya karena angin yang cukup kencang dan wanita di hadapannya yang berter
n beberapa murid yang mendengarkan terkantuk-kantuk. Dengan seolah murid teladan kugerakkan tanganku mencatat apa yang pria tua itu terangkan.
is dengan senyum yang ramah. Lauren, begitu namanya saat ia memperkenalkan diri. Dilanjutkan dengan anggota l
arena gugup dan tenggorokan yang sedikit kering mem
lanya, Aku berpikir keras tentang apa yang baru saja terjadi. Jari-jariku saling meremas,
nak badan?" Cecil, gadis di sebelahku menepuk pundak
Yuna, aku sudah tahu namamu sebelumnya." Senyumnya lebar sembari mengerlingkan mata. Seorang pria berpenamp
Dengan seribu langkah aku tak sabar untuk segera keluar dari ruangan. Namun naasnya karena terlalu terburu-buru dan pandangan yang terus melihat ke bawah bahun
sekolah. Di sisi kanan kiri penuh murid yang bercanda tawa, dan beberapa yang hanya membahas hal-hal sepele dengan sangat menyenangkan. Perhatianku teralihkan ke sebuah ruangan yan
"Rase
berisi air terlempar ke arah wajah dan pecah