Insafnya Seorang Gigolo
dia hendak memegang rudalku, aku cepat-cepat meraih pergelangan tangannya. Lantas,
i imut, seperti salah tingkah akibat kecupanku. Aku pun melepa
sesuatu, saya akan melakukannya," ucapku dengan tulus,
amun, tangannya perlahan mulai meraba tubuhku, membuatku gelisah. Dalam sekejap, aku
elukanku. Tanganku segera menggapai wajahnya yang cantik, menatap matanya yang menggelora. Jarak antara kami terasa semakin menyempit, seolah nyawa
i, kecupan pun akhirnya mematahkan jarak yang memisahkan kami. Bibir kami saling bertemu,
perti bunga yang akhirnya mekar di musim semi. Kami pun larut dalam b
ndahnya ciuman ini. Di saat yang bersamaan, kak Anti beralih posisi ke belakang suster. Tanpa sadar, tangan k
hernya agar ciuman kami tetap terjalin dan permainan Anti berlanjut pada tubuh suster itu. Terlihat jelas ba
erampil menggali kedalamannya. Sejenak aku melep
ya ke bagian bawahku. Suster itu tersipu malu
ulan, Mas," j
a kami berdua, "Udah siap nih, giman
ahutku, "Aku masih be
mana dia mendapat keberanian, dia men
an mata bersinar. Aku hanya tersenyum dan menjaw
ng sepertinya mustahil masuk di mulutnya, namun ternyata dia mampu
al, aku yakin dia sedikit memaksa dirinya, namu
yahhhhh
dan memenuhi mulutnya, dan dia seperti
eeek
ah ini kali pertama Melihat wa
ar senyum ke arahku dan sangat
sa mendapatkan sesuatu, yang cukup membuat pandanganku kepada Wulan berubah. Setelah beberapa saat berlalu, ketika dia
u?" pintaku, entah kenapa aku seperti begitu menginginkan
ang hati, "
gsung di tempelkan. Kini rudalku siap menerobos liang ke
n Wulan dengan perlahan menurunkan pinggulnya, dan perlahan ruda
i, kemudian tanganku melepas kancing baju Wulan dan s
elakukan remasan dan pilinan di dada dan tiba tiba saja Wulan menghentakkan
sakitttt" pek
hhhh" d
unyamu, Tititku seperti di perah
s ranjang, lalu mulai menduduki wajahku. Kini posisinya berhadapan dengan Wulan. Kedua w
biasa dan sudah menjadi motto dalam hidupku, kepuasan pelanggan adalah n
i aku yakin, mereka berdua tengah melaku
igus, membuatku tak bisa menahan puncak kenikmatanku, da
rmainan akan segera di mulai. Setelah mencapai puncak kenikmatanku, aku m
n semakin ce
lan, sepertinya dia ingin mencapai o
yang kini di jadikan bahan kenikmatannya, akupun demikian, aku tak peduli lagi, setidak
eluar, sedangkan aku kembali menyemburkan cairanku di dalam tub
pakan kenikmatan yang tak bisa kupaparkan. Apalagi melihat wajah imu
yang mengelap tubuh adikmu dulu," ucap
au semakin berani saja. Maaf, aku
u akan takut pada ancamanmu sebelumnya. Kau juga tahu kita melakukan hal y
an pakaian, ia mendekat ke arahku. Saling menatap, mata kami kembali