Terbuang Oleh Fitnah Saudara Tiri
seolah membisikkan kepadanya tantangan besar yang harus dihadapinya. Mentari terbenam meninggalkan langit senja yang mencerminkan kebimbangan
dahulu." Tanpa arah yang jelas, Fathur memasuki kota yang ramai dengan kesibukan malam. Gedung-gedung tinggi menara dan lampu kota memberikan ba
dan membuktikan kepada ayah bahwa aku tidak bersalah. Aku tidak akan membiarkannya menghancurkan hidupku tanpa perlawanan, menghadapi ini
emandangi jalanan ibu kota y
a seorang gadis kecil
sendiri sedang apa malam-m
elihatannya mas sedang banya
ja diusir dari ru
a diusir?" gum
dek, rumahmu dima
nting bisa berteduh ma
amu kemana?"
bayi dan aku diasuh oleh Nenek Markonah, tetapi be
kecil yang masih bisa tersenyum
t yuk," u
nya tetapi gadis kecil itu
a gadis kecil i
hadapi tidak lebih besardari masalah gadis kecil itu, Dia terus berjalan hingga dia menemukan sebua
ik perusahaan terbesar di kota ini," ucap Fathur ketika
kalau memang kamu itu anaknya pak Meilseo
gin mandiri!"
menerima karyawan yang tidak memiliki penga
ahan lagi, pandangannya pun mulai kabur dan dia terdiam sejenak di pinggir jalan. Setelah pandangannya pulih Fathur melihat ke seke
g sampah agar rasa laparku ini sedikit
r mendekat ke tong sampah dan memperhatikan sekitar terlebih dahulu. Setelah merasa aman Fathur
ini." Fathur terus memperhatikan burger itu meskipun ada rasa jijik yang menyeruak dari dalam dirinya
ebelumnya menghantui dirinya mulai berkurang. Dalam perjalanannya Fathur melihat penjual makanan keliling yang sedang berjualan. Dia merenung menyadari bahwa kejadian tersebut adalah pukulan keras kehidupan yang memaksa dirinya untuk bertahan. Dengan tekad yang baru, Fathu
u pemilik rumah makan itu mau berbagi sedikit makanan untuk
i," uca
tapi pemilik rumah makan itu tak kunjung keluar. Fathur memutuskan untuk
ya kepadaku. Dan jika nantinya pemilik rumah makan ini menyuruhku untuk bekerja di tempatnya aku siap." Fathur
i sini!" bentak
r gugup dan tak mamp
ing ya?"
n terbata-bata. Perlahan, dia mund
lin
tergambar di wajahnya menciptakan konflik yang semakin rumit. Fathur panik hingga dia tidak mampu berfikir logis dan memilih untuk pergi
rnya. Fathur yang di dera rasa lapar tak mampu berlari lebih jauh lagi.
meminta sisa makanan yang ada di rumah m
um tentu apa yang kalian pikirkan tentang anak itu benar!" ujar seorang l
ih pak," u
Ini ada makanan untuk kamu," ujar lelaki itu dan
epadaku!" ucap seorang
merebut nasi bungkus miliknya. Namun, Fathur berusaha mem