Menjadi Madu Sahabatku
kamar yang sudah dia pesan khusus untuk keduanya. Dia dengan teliti mempersiap
athan," ucap Elsa dengan penuh harap dan kehangatan dalam suara
n getaran kebahagiaan dan haru melihat dekorasinya yang menakjubkan. Dia bisa merasakan betapa
an-lukisan indah, dan balkon pribadi menghadap pemandangan kota. Semua detai
ar dari kamar, membiarkan Silla mencermati ruangan itu sendirian. "Ambil in
polosan berwarna putih, yang baru saja diberikan Elsa.
harus minum ini, satu kapsul saja. Biar nan
at. "Ah enggak, Yang! Aku nggak mau minum obat beginian!" tolaknya cepat dan
a membuat kamu menyentuh Silla. Kan k
g. Tapi ya nggak perlu pakai car
e
erasakan dadanya sesak. Kata-kata itu terdengar menyakit
angnya harus, ya, sampai dengan kata nggak sudi seperti itu?' batin Silla penuh tanya. Sampai detik ini, pertanyaan
ikannya sebuah kecupan mesra dibibir demi bisa meluluhkan hatinya. "Kalau kamu sudah menyentuh Silla, p
ap
han. Menghalanginya untuk bicara. "Mas nurut aja sama
birnya lalu kecupan bibir itu kembali terjadi. "Ten
ku pulang ya, Mas. Kamu masuk, baju g
menarik tangan Elsa, menghalanginya yang hendak melangkah pergi.
kut menginap bareng kalian? Yan
Nathan mengeratkan tangannya, tak
suami. "Nggak etis juga kali, Mas. Ya udah, ya, aku pamit pulang. Assalamualaikum.
lambaian tangan, menatap sang istri yang sudah
pada akhirnya Nathan ha
la napasnya dengan panjang dan berat. Natha
penuh kebahagiaan, tapi Nathan yakin-jika dihati pere
nggak akan ada perempuan mana pun yang bisa meng
gan langkah berat dia masuk ke dalam kamar hotel ya
lam kamar mandi, dan tak lama setel
nggenakan handuk kimono dan menatap sang su
mengalihkan pandangan. M
ganti nggak, ya? Soalnya aku lupa nggak bawa baj
itu saja dengan wajah dingin, masuk ke dalam kamar ma
ak
hingga suara sontak mengagetkan Silla. Perem
justru terlihat marah?" gumam Silla, dan tak lama kem
g,
g,
" seru Silla, lalu cepat-
gang sebuah koper besar di tangannya. "Selamat malam, Nona
Terima kasih, ya?" Silla langs
a. Kalau begitu
itu membawanya masuk. Silla berpikir bahwa koper itu pasti ber
anya saja yang membuat Silla heran, mengapa tak ad
engirimku baju ganti sama semua d
embawa ponsel. Alhasil, mau tidak mau Silla memakai salah satunya da
mandi dengan menggenakan handuk kimono. Se
nyuruh petugas hotel," ucap Silla memberitahu, meski pria it
r yang Silla tunjukkan lalu mengambil baju ganti
ak berbicara. Dia sejak selesai mandi la
dalamnya. Silla merasa canggung untuk mengajaknya
ba mencairkan suasana dengan mengajukan permintaan maaf dan memberikan salam selamat malam. Dia mera
pada layar ponselnya. 'Tidur tinggal tidur, ngapain pa
dengan obat yang Elsa berikan. Tanpa ragu, dia
Silla?' pikir Nathan penuh tanda tanya. Dia melihat