Calon Istri Tuan Muda
a wanita itu sambil menole
ang telinganya, dan hal itu membuatnya
duk di kursi. Dia membiarkan wanita itu membuat laporan karena
ng menyesal. Suaranya terdengar parau, kedua tanganny
ndainya bisa, kamu tidak
a suara Vana naik, tidak
gasihi wanita cantik yang kini wajahnya di penuhi
intu masuk. Sekitar tiga orang pria dengan setelan jas hitam serupa dengan wanita tadi
ergopoh, ekspresi wajahnya menggambarkan kekhawatiran. Vana bangu
iapa?" ta
eran. Wajah asing baginya, tidak mungkin dia mengenali wanita ini sekalipun wajahnya ter
kan mengambil alih rumah itu segera? Dibanding dengan para rentenir, dia lebih takut dengan orang k
menantu saya, Diana," ujar wanita tua it
sedikit jauh karena ulah para rentenir tadi. Hal itu membuat mertua dan menantu salin
ilakan duduk," katanya menaru
u tersenyum,
erdiri. Perhatiannya tertuju pada si ketua rentenir yang menatapnya dingin. Dia tahu, tanpa kata, tatapan itu adalah sebua
berdiri tepat di belakang nenek membalik setengah badan. Nenek memerintah
pengawal mengangguk mengiyakan a
ng masih diri di tempatnya. "Lihat saja. Aku tidak akan tinggal dia
atas apa yang terjadi sampai dia ragu untuk menatap sang ibu lagi, membuat rasa bersalah mendomi
u. Dahinya mengerut ketika mendapati sebuah benda yang tak asing menyembul keluar kemeja putih yan
p wanita pemilik rumah makan itu sambil
an mendengar kegaduhan, jadi kami memutuskan untuk membantu bila t
nuhi lebam itu berusaha tersenyum m
ujar sang ibu menari
, y
ana hanya tersenyum dan tetap pergi
tinya bergejolak, penuh oleh tanya soal bagaimana dia akan menerima. Gadis itu biasa, dan terlibat dengan kerusuhan s
adis itu, jika memang dia memiliki kalungnya, Ibu akan tetap membawanya sesuai permintaan mend
ra, sang ibu ingin memastikannya lebih dulu ba
tas meja, dan dengan ramah mempersilakan para tamu untuk minum. Dia juga mel
Vana. Meskipun tanpa senyuman, dia tahu gadis itu tulus. Meskipun terlihat cuek, ibu Fandra tahu Vana p
put memandangi leher Vana yang tampak rantai kalu
nya memperkenalkan Vana begitu
ntik," puji
ibu selalu membanggakannya, dan hal itu bisa dilihat dengan jel
nak itu saling tatapan, pun nenek menatapnya. Tapi menantunya itu diam, tetap
u .
anya menghabiskan harinya membantuku
a mengedar mengabsen setiap jengkal ruangan itu. Tampak sudah lama
natapnya lagi, heran dengan menantunya yang bertanya tidak seperti bi
b singkat walaupun
ng itu?" tanya wanita itu yang tidak lagi b
na juga kebingungan menatap sang ibu sekilas lalu beralih pada wani
g dia pakai. Dan betapa terkejutnya Ibu Fandra serta neneknya melihat bend
memastikan kalung itu adalah yang mereka cari. Mer
uku
idak paham dengan apa