Bad Liar
A
a rumah kalian tidak dilengkapi AC. Wujud
n polusi caci-maki dan sumpah serapah para pendukung masing-masing kubu. Aku terlalu bingung ketika banyak
dengan orang yang tidak berpendidikan dan kurang iman? Bukankah langit dan bumi tak menerima cacian, yang itu semua akan berbalik pada diri yang melontarkan? Aku tidak m
gkatan. Aku biasanya menjadi terlalu sibuk melayani kl
agama. Wajahnya yang sudah keriput itu berseri-seri dengan senyum melayani jemaah yang bertanya harga barang dagangannya dan tak ada pembeli yang menawar
urut ceritanya, istri dan anak satu-satunya sudah meninggal dunia karena sa
yan. Aku memilih menjalankan peran baru sebagai orang asing yang nomaden dari satu kota ke desa hingga tiba di seb
kejadian ini pada pekan pertam
engan raut wajah sedih, menatap ke arah lelaki yang seda
nya pelan. Dia seakan ber
eradu dengan piring tatakan, tidak tumpah, hanya sendoknya yang melompat jatuh ke kolong ban
berani sama orang tua?!"
kena tampar sambil menunduk, t
sok pinter, sia wani ngalawanka kolot tiheulaaingnyaho urusan saum tibatan sia! Yang kasih makan kamu itu say
datang
Bapak, gak usah ngelawan!" Ibunya
nya, tapi ditepis. Dia mengambil sandal, menole
ri tadi berdir
alanku selama bulan puasa ini. Aku pun melangkah searah dengan anak tadi. Dia menghi
masih mar
a kaaing! Anak kurang ajar! Beran
a pembantuku ada yang berasal dari Bandung. Aku melanjutkan langkah hingga tiba di t
Dia memakai yang biru, aku memakai yang merah. Aku pun lantas menjalankan salat Tahiyatul Masjid dilanjut dengan Duha. Posisiku beberapa langkah di belakangnya. Selesai
calon istri. Bapak juga mengirim chat, i
ngirim chat y
n: L
emilih kakak ipar untukku. Maksimalnya seminggu setelah lebaran Haji, Kak Ramadan harus sudah m
an Bapak men
juga 26 tahun. Sudah tiga kali punya pacar, tapi putus di tengah jalan akibat sering lengah sehingga disalib p
h. Dia tidak mau melangkahi aku. Ibu dan Bapak juga tidak mau aku diba
engan opsi kedua, yaitu menjodohkan aku dengan seseorang
berdoa semoga Allah memudahkan urusan ini. Kalau nanti aku jadi menikah da
t
nya, sudah kh
lik. Masyaallah, belum pernah aku melihat anak sesopan ini sebelu
uh juz?" Aku tidak bisa
Qur'an. Aku di seusia dia, bar
di depan rumah saya
ah minta izin untuk memegangnya. Akan aku hadiahkan sa
rganya
k tasbih wa
il saja buat ka
ya
junya."Saya ada uan
dapan dengan gen
lah, itu buat kamu. Hadiah k
us berlomba-lomba sedekah. Itu kembalinya buat Abang, sedekah saya." Dia tersen
di sempat membuatku disergap perasaan galau. Dia daru ditampar bapaknya, tapi dia minta bapaknya didoakan. Aku melihat lagi uangnya, lalu bangkit menuju kotak amal masjid. Ah, kenapa
rumun. Masjid ini lokasinya di pinggir jalan utama, empat kilometer
da salah satu dari mere
an, ada yang k
rgi saja k
hanya jadi penonton yang merepotkan. Tadinya
berlari, dan menabrakku hingga
mbuat tubuhku yang tinggi tegap jatuh t
aku melihat sesuatu dari celah kaki-kaki warga. Ibu yang tadi it
ar kencang. Itu anak
endekati kerumunan. Sekarang, akulah yang paling sibuk m
meraung-raung. Me
Bangun, Nak!" D
tangannya terkulai lemah,
t menuju Jasinga. Aku adalah Ramadan, yang sekarang baju gamis putihnya bernoda darah dar
k sopirnya supaya
e rumah sakit
Sopirnya begitu semangat da
dan kebut-kebutan,