icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Bad Liar

Bab 2 Hafiz

Jumlah Kata:1440    |    Dirilis Pada: 14/03/2024

A

a rumah kalian tidak dilengkapi AC. Wujud

n polusi caci-maki dan sumpah serapah para pendukung masing-masing kubu. Aku terlalu bingung ketika banyak

dengan orang yang tidak berpendidikan dan kurang iman? Bukankah langit dan bumi tak menerima cacian, yang itu semua akan berbalik pada diri yang melontarkan? Aku tidak m

gkatan. Aku biasanya menjadi terlalu sibuk melayani kl

agama. Wajahnya yang sudah keriput itu berseri-seri dengan senyum melayani jemaah yang bertanya harga barang dagangannya dan tak ada pembeli yang menawar

urut ceritanya, istri dan anak satu-satunya sudah meninggal dunia karena sa

yan. Aku memilih menjalankan peran baru sebagai orang asing yang nomaden dari satu kota ke desa hingga tiba di seb

kejadian ini pada pekan pertam

engan raut wajah sedih, menatap ke arah lelaki yang seda

nya pelan. Dia seakan ber

eradu dengan piring tatakan, tidak tumpah, hanya sendoknya yang melompat jatuh ke kolong ban

berani sama orang tua?!"

kena tampar sambil menunduk, t

sok pinter, sia wani ngalawanka kolot tiheulaaingnyaho urusan saum tibatan sia! Yang kasih makan kamu itu say

datang

Bapak, gak usah ngelawan!" Ibunya

nya, tapi ditepis. Dia mengambil sandal, menole

ri tadi berdir

alanku selama bulan puasa ini. Aku pun melangkah searah dengan anak tadi. Dia menghi

masih mar

a kaaing! Anak kurang ajar! Beran

a pembantuku ada yang berasal dari Bandung. Aku melanjutkan langkah hingga tiba di t

Dia memakai yang biru, aku memakai yang merah. Aku pun lantas menjalankan salat Tahiyatul Masjid dilanjut dengan Duha. Posisiku beberapa langkah di belakangnya. Selesai

calon istri. Bapak juga mengirim chat, i

ngirim chat y

n: L

emilih kakak ipar untukku. Maksimalnya seminggu setelah lebaran Haji, Kak Ramadan harus sudah m

an Bapak men

juga 26 tahun. Sudah tiga kali punya pacar, tapi putus di tengah jalan akibat sering lengah sehingga disalib p

h. Dia tidak mau melangkahi aku. Ibu dan Bapak juga tidak mau aku diba

engan opsi kedua, yaitu menjodohkan aku dengan seseorang

berdoa semoga Allah memudahkan urusan ini. Kalau nanti aku jadi menikah da

t

nya, sudah kh

lik. Masyaallah, belum pernah aku melihat anak sesopan ini sebelu

uh juz?" Aku tidak bisa

Qur'an. Aku di seusia dia, bar

di depan rumah saya

ah minta izin untuk memegangnya. Akan aku hadiahkan sa

rganya

k tasbih wa

il saja buat ka

ya

junya."Saya ada uan

dapan dengan gen

lah, itu buat kamu. Hadiah k

us berlomba-lomba sedekah. Itu kembalinya buat Abang, sedekah saya." Dia tersen

di sempat membuatku disergap perasaan galau. Dia daru ditampar bapaknya, tapi dia minta bapaknya didoakan. Aku melihat lagi uangnya, lalu bangkit menuju kotak amal masjid. Ah, kenapa

rumun. Masjid ini lokasinya di pinggir jalan utama, empat kilometer

da salah satu dari mere

an, ada yang k

rgi saja k

hanya jadi penonton yang merepotkan. Tadinya

berlari, dan menabrakku hingga

mbuat tubuhku yang tinggi tegap jatuh t

aku melihat sesuatu dari celah kaki-kaki warga. Ibu yang tadi it

ar kencang. Itu anak

endekati kerumunan. Sekarang, akulah yang paling sibuk m

meraung-raung. Me

Bangun, Nak!" D

tangannya terkulai lemah,

t menuju Jasinga. Aku adalah Ramadan, yang sekarang baju gamis putihnya bernoda darah dar

k sopirnya supaya

e rumah sakit

Sopirnya begitu semangat da

dan kebut-kebutan,

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka