DIBALIK WAJAH ZIZIE
bahagia menyambut kedatangan sahabatnya tersebut, dengan mudahnya mama percaya dan mencerit
atan mamaku, rasa was-was itu kerap datang mengganggu perasaanku, aura buruk yang ada dalam diri tante Dewi dapat mencelakakan mamaku. Aku tak tahu, kenapa setiap kali aku menyibak rambut yang menutupi bagian mataku, yang memiliki pupil berwarna kuning keemasan tersebut, aku dibuat terperanjat kaget o
tangisku yang berniat menjauhkan mama dar
begini sayang? Nggak sopan ah, anak mama nggak boleh kegitu
mau ditemani ama mama di kamar, ayoklah ma!
an aku lihat dari pancaran sorot matanya. Aku semakin tak menyukai sahabat mamaku tersebut, yang aku rasakan bahwa kelakuan dan sifat tan
n yang akan ia lakukan selalu terpampang jelas di hadapanku. Aku tak tahu kenapa aku bisa melihat semua itu? Apakah ini sekedar halusinasiku sendiri karena
ku sedih dan rasa takut itu semakin menguasai jiwaku. Aku takut jika
k mempercayai ucapanku. Mama minta izin pada tante Dewi untuk mengantarkanku ke kamar sejenak, kami pun berjalan menuju kamarku. Sementara mama merangkulku den
n sahabatnya tersebut karena mama khawatir sikapku tadi menyinggung perasaan sahabatnya itu. Dalam hati aku menjerit kenapa mama tak bisa mempercayai ucapan dan penglihatanku terhadap sahabatnya yang jahat itu, aku m
ayang. Cantik ngerti kan? Tante Dewi itu baik banget orangnya, begitu juga dengan anaknya tapi kenapa cantik malah berpikiran mereka itu jahat? Canti
hal buruk yang aku lihat itu terjadi menimpa mama. Aku melihat dari satu mataku yang berada dekat sisik itu jika tante Dewi telah menyusun rencana jahat untuk menyingkirkan mama. Aku lihat tante Dewi mengincar harta yang kami miliki dan tante Dewi ini ing
--" sejenak ucapanku terpotong karena aku merasa tak sanggup untuk meneruskan ucapanku. Ucapan
nlah nak tante Dewi itu mengincar harta kita dan mengincar papa kamu sayang! Nggak mungkin sayang. Dia selama ini selalu menghargai mama dan juga menghargai papa kamu, menyayangi kamu juga sayang. Memang mama akui semenjak dia jadi janda kehidupan tante Dewi sed
ri dari ranjangku seraya tersenyum menatap wajahku yang terlihat sedih dan kecewa. Mama meninggalkanku di
hawatir mama akan dibunuh oleh tante Dewi. Aku melihat ada wajah iblis
ang ia akui sebagai sahabatnya. Rasa ngeri itu membuatku gelisah. Takut dengan apa yang aku lihat itu terjadi menimpa mama, papa dan diriku, aku sama siapa? Jika malaikat di rumahku ini disingkirk
nku sehingga akhirnya kecelakaan tunggal itu terjadi. Syukurnya kondisi papa tak begitu parah. Begitu juga ketika di sekolah baru-baru ini. Tiba-tiba aku melihat ada siswi yang bunuh diri di dalam toilet sekolah, bodohnya aku tak bisa berbuat apapun untuk mencegah peristiwa berdarah tersebut tak terjadi. Aku melihat Viola cewek yang terkenal
la hal yang bakal terjadi ke depannya terhadap seseorang yang aku tatap dengan mata ku yang berbeda ini. Aku takut mengetahui sesuatu yang tak ingin aku ketahui. Saat ini yang aku inginkan hanyalah sa
menimpa mamaku malaikat hidupku itu.' Aku menangis terse
Entah kenapa naluriku berkata jika suara desisan tersebut milik dari ul
n pu
n pu
engkau menangis tersedu-sedu seperti ini? Tuan putri
k peduli panggilannya, yang ada di benakku rasa takut jika mamaku direnggut dariku. Aku lebih baik mati jika hal itu me
tik mau itu hanya mama, ada di sisi cantik, jadi
*