RASA CINTA UNTUK OMKU
betan itu, memang salah karena telah mengatakan opininya. Ibunya
menghitung jumlah sabetan yang di dapatkan
ia terjatuh ke lantai penuh debu itu. Dia h
ang sekarang meraih tubuhnya, mendaratka
ayu, tubuhnya penuh dengan keringat dan ada
embiarkanmu membicarakan ayahku, maafka
rgi ke rumah sakit terdekat. Dokter bilang lukanya
kembali dengan senyuman yang manis dan kini
ng membuat gadis itu celaka, hanya saja i
tua Puspita datang dengan wajah panik. Nicky pun bangkit
an,
uspita di siksa Tuan besar," ucap ayah Pusp
n papa aku tidak menyuruhnya berhenti dan membuat papa marah be
unya yang menangis, beruntu
kan a
ahkan diri!" ujar ayah Puspita yang merasa tak enak, ia terlalu
i!" ucap Nicky yang membungkuk
perti ini!" ujar pria paruh
"Paman tenang saja, aku akan mencoba membujuk
mbil menunduk sebentar.
tu Nicky benar-benar pergi meninggalkan keduanya, yang
melihat Puspita menatap mereka dengan wajah sedih sed
wajah marah yang membuat Puspita takut. Hingga jewe
lut lukanya kaget dan
sakit mah,
r-bener nyusahin aja, masih untung kamu
af, aduh ah
, bergegas membujuk wanita itu agar tidak bertindak lebih jau
sambil menunduk beberapa k
narnya sangat khawatir tadi dan kala melihat itu dia melampiaskan seluruh ke khawatiran dengan marah-marah. "Apaan sih yah,
gisnya kala menyesal dengan apa yang terjadi, ibunya yang
ng cukup lebar di pojok ruang inap itu, kalau dia m
lu menetralkan rasa khawatir dalam dadanya, hingga tak terasa a
ang mengatakan kalau, Tuan besar itu ta
ati juga, apalagi ayah Nicky cukup lihai meny
aji yang mereka dapat begitu memuaskan untuk di g
lai menangis, membuat hatinya tau kalau wani
iran infus milik Puspita, kondisinya yang pucat
m dok
Y
tadi, apa luka putri
ik-baik saja, hanya mungkin lukanya perlu Bebera
kan Anda, berapa se
oleh Tuan Nicky tadi, jadi
ajah sedih. Dia sudah bangun dari tadi, ia kira bukan Nicky yang mem
yahnya yang merasa sedikit tak enak, ka
tas pada pria paruh baya itu. "Ini
r, terimakasih
is anak ini boleh pulang!" ucap dokter itu y
a, ayahnya kini menatap cukup serius
, pria ini memang begitu baik padanya namun ji
mengulanginya
ggeleng. "Tid
i! agar tidak sembarangan lagi berbi
, ay
g! Dia menangis, karena
yang menatap ibunya
p rambut itu dengan lembut. Puspita yang mendapatkan itu
is lagi. "Ayah, Puspita