Pengantin Sang Duda
apan lirih itu membuat A
adalah istri dari saudara sepupu Aka
alilahi wa innailaihi
ng Il?" Tanya Rianna
hal yang dia cintai di dunia ini selai
ekspresi, namun kali ini, Ajeng bisa melihat sorot sedih dan li
ri sekedar sepupu. Mereka sahabat baik yang sudah mengalami susah senang bersama. J
ja pergi ke rumah Uncle Adskhan." Ucapnya yang dijawab anggukan oleh Ria
tidak bisa merasakan air susu ibunya." lanjut
disematkan kepada bayi kecil yang sampai saat
tu mengadzaninya setelah proses caesar dilakukan. Dan nama itu diberikan oleh Syahinaz d
in, mungkin itu akan terasa biasa. Namun bagi Ajeng dan Rianna yang hidup besar di panti asuhan tanpa kasih
kecil itu masih memiliki ayah dan juga keluarga besar yang pasti akan membuatnya tumbuh dengan banyak cinta dan jelas
nya karena masih memiliki sosok ayahnya pada akhirnya terpatahkan
siapkan tempat pembaringan terakhir mendiang Syahinaz ser
enazah Syahinaz sementara ruang tamu dan ruang keluarga
tangga untuk menyiapkan semua keperluan karena rupanya tamu
ar Syahinaz, tapi orang-orang datang dan memadati kediaman Ad
datang berjumlah begitu banyaknya. Bahkan dalam akhir hidupnya pun masih banyak orang yang peduli pada wanita it
ng merasakan keganj
ikafani dan kini sepenuhnya tertutup kain jarik. Menerima salam dari
netes di wajah pria itu. Tidak seperti yang umum t
aling sedih diantara semua orang yang ada disana selain Ilker.
jiwanya. Dia masih menanggapi orang-orang yang men
pergi membawa cinta Ilker, nam
an kalau Ilker sudah mati rasa, Aj
g Ajeng pikir adalah keluarga Syahinaz dan teman-temannya menangi
at besar, seringkali orang sudah lupa bagaimana ca
emasukkan keranda berisi jenazah Syahinaz. Satu persatu orang masuk ke dalam mobil tanpa dikomando
dakan bahwa langit turut bersedih akan kepergian Syahinaz. Mereka sampai di pemakaman d
mendiang suaminya. Matanya entah kenapa selalu saja terangkat dan mengarah pada Ilker yang berdiri tepa
Ajeng tidak bisa menebak kemana mata pria itu terarah karena tertutup oleh kacamata hitam. Yang jelas, lagi-l
utih. Meletakkannya seirama dan dengan sangat hati-hati di atas tanah yang basah karena gerimis tak kunjung berhenti. Setelah menutup tubuh it
mudian doa itu selesai, Ajeng kembali menatap Ilker. Pria itu masih menunduk, namun kal
a di peristirahatan terakhir Syahinaz. Mungkin mengucapkan kalimat perpisahan. At
a karena ia melangkah menjauhi pemakaman lebih dulu dibandingkan
i ke kediaman Adskhan-Ca
a ada keluarga Levent yang berusaha tampak biasa ditengah kesedihan yang melanda hati mereka, mempersiapk
hi, memandang Rianna
anna pada si pemilik rumah yan
a di lantai satu. Tanpa mengetuk pintu, Nyonya Caliana membuka pintu dan mereka melihat seorang suster yang Ajeng perkirakan berusia e
a mendekati cucunya dan memperhatikan Ilsya yang terus
Saya pikir dia lapar, tapi dia juga tidak mau minum susu." Ucap Sust
gan hati-hati. Wajah kecil Ilsya sudah memerah karena tangis, sementar
engan suara tercekat yang entah bagaiman
wanita itu seraya mengayun sang bayi dengan lembut. Bayi itu seolah mendengarkan uc
eh ke arah pintu. "Oma.." Sosok Afham, cucu Nyonya C
nap
a. "Uncle Akara dan Uncle Ilker ribut. Uncle Ilker udah be
n Ajeng sama-sama mengeru
Caliana turut panik. Namun Af
cepat yang bisa dilakukan kaki tuanya-wanita itu meninggalkan kamar, berusaha untuk mengejar sang putra yang dari
narik lengan pria itu untuk menghentikan langkahnya. "Abang m
amar, namun saat mendengar tangisan
angis? Karena ia tahu kalau ia j
hkan tatapannya dari Ilsya. "Boleh saya m
erharga yang ada di tangannya pada gadis muda seperti Ajeng. Namun setelah mem
apkan punggung teluntuk tangannya pada pipi bayi itu dengan lembut. "Kamu tahu, Allah itu tidak akan menguji seseorang diluar batas kemampuannya. Dia tahu kamu anak yang kuat, dan kakak tahu kamu itu calo