Oh, Love?
ng-orang tak dikenal, dicekoki minuman beralkohol dan hendak dibawa mereka. Beruntung, dia pandai berkelahi sehingga bisa meloloskan diri. Lalu, dia
gan! b
dapati Jane yang menangis tersedu-sedu dipojok jendela dengan selimut yang menu
ertanya-tanya dengan keb
m mulai bermunculan. Jane yang dipaksa dan tindakan kejinya pada Jane. Ed membeku dengan perasaan ber
ngan berkali-kali berucap maaf. Tapi apa daya rasa hancur telah menyeli
minta maaf. Aku
ak
oleh Jane. Tangan kecilnya yang bergetar karena ketakuta
rang-orang itu yang memberikan minuman aneh padanya membuat kekacauan ini. Tidak, buk
ebelahnya. Jane bahkan memberikan tatapan wasp
ohon pakai
ta yang memenuhi pelupuk matanya. E
a berkata "Aku akan
h? tidak. Pergilah dari sini" Suaranya begitu lirih, je
ku pertanggung jawa
kau dengan mudah menghancurkan ku lagi? Kau memiliki dendam dengan ku? Pergilah Ed, jangan berpura-pura seakan kau
salah karena kau takut setelah kejadian semalam. Hal yang sama-sama tidak kita kehendaki, bi
enci kebaikannya semalam, dengan menahan kuat agar tak menangis lagi, dia menjawab"Jika hanya rasa bersalah, maka itu tak perlu, kau bisa merenungka
Sama-sama singel dan tak berpengalaman. Namun, itu menjadi trauma terbesar Jane karena mungkin dia amat kasar. Ed
uh harap padanya "Tidak, sel
tidak akan terjadi, apa kau gila setelah semalam kau ingi
u bertemu lagi, perlahan semuanya akan terlupak
maka pikirkan dulu, ini bergantung hidupmu. Seumur hidup kau akan hancur dengan kejadian ini, seakan-akan tak perna
le
n ya kita bisa melakukan rencana kita sebelumnya. Mengu
ut bukan main. Disini Jane lebih mengharapkan Ibun
nnya terjatuh, dengan cepat dia menyimpulkan si
!!" Amarahnya menggebu, kemudian nyonya Sa
perti itu-" Jane tersengal-senga
disebelah Jane, dia menganggap pria itu kekasih putrinya sampai melakukan hal-hal yang tak seharusnya mereka lakukan, terlebih putrinya hanya terbalut selimut semakin menghancurkan
-" Jane menunjuk Ed denga
dia berdiri dengan menunduk "maafkan saya tante, disini Jane tak bersalah tapi say
a berusaha menahan diri agar tak mengamuk, dia bergulat dengan pikirannya, sebenarnya dimana letak kesalahannya sampai-sampa
n bebas bersama pria itu, tak ada norma-norma yang perlu di perhatikan lagi, tak ada omelan yang perlu didengarkan darinya
ntarkan berkali-kali, sembari menatap mamanya berharap akan mendengarka
disini dia bersalah tapi tanpa mendeng
ka lagi, nyonya Sarah mengusir putrinya dan pria itu. Ya, Ed tetangganya dulu yang tak
ntu, berharap Ibunya a
ngis sejadinya di kamarnya. Dia tak tega, ta
ne berusaha menepis tapi tidak bisa dia lakukan, Ed menatapnya dengan
lirih Ed, oh rasanya begitu hancur melihat wan
ankah kau su
ku dan kepercayaan mama telah hancur sehancurnya- Oh, bagaimana ini
berbisik maaf yang dia tau tak akan pernah termaafkan.