Reinkarnasi Pembunuh Bayaran: Dendam dari Tubuh Kedua
na dan
tasi. Silakan bikin kopi at
read
--------------------
karena nona mudanya tak ada jadwal lain. Liu Yifen menguap. Ia mengangka
terkena macet, kita berangkatnya pagi-pagi ya Pak," u
erti. "Baik, Nona. Jam ber
ikirkan hal itu. "Hmm... sekitar jam empat p
mengiyakan.
upa soal waktu. "Kalau jam empat saya belum
n ramah menjawa
emudian diam dan duduk rileks kembali. Sang supir terus berkonsen
bra I, yang tak lain adalah Bei, bahwa mereka telah menda
plek kafe dan masuk ke jalan raya," ucap Kobra 3
dan, siap untuk melaksanakan misi. Bei
n, apakah kamu akan membenci saya setelah ini?" pikirnya dalam hati.
oleh ke arahnya. "Siap atau tidak, kamu harus profesional dengan pekerjaanmu, Tu
dengan alis terangkat. "Bukan urusanmu!" kat
hat sensitif akhir-akhir ini. Kegaduhan singkat itu terhenti sejenak saat telepo
n dengan kesal, sambil memerhatikan mereka berdua dari teropong. Ia
bil Liu Yifen melintas di depan Kobra 4 dan Kobra 3. Kobra 3 memberi tahu Kobra 2 dan Kobra I, dua s
ur di belakang kedua sniper, Kobra 3 dan 4. Sang supir dan Liu Yifen tak mencurigai
otor membidikkan senjatanya yang dipasang peredam suara. Mobil sniper mendekati mobil Liu Yifen. Kemudian mobil
atanya, namun sniper yang ada di mobil su
... DO
... DO
n melumuri baju serta celananya. Sang supir kaget dan segera menepikan mobil, berhenti untuk memastikan keadaan m
i seolah-olah tidak ada hubungannya dengan kejadian yang baru saja terjadi. Sesuai dengan
h sakit terdekat. Yang terpenting bagi sang supir adalah memasti
i korban tidak sadarkan diri. Suster segera menghubungi dokter jaga dan memberitahu bahwa ada pas
amar sebagai polisi yang bertanggung jawab atas penanganan kasus ini. Tujuan mereka adalah
pergelangan kirinya dan alat bantu pernapasan. Alat monitor menunjukkan kondisi yang stabil, mena
aan mereka terdengar jelas oleh Soe. Sesekali, Soe meliri
di sini?" tanya Soe dengan kerutan di wajahn
mata Soe yang terlihat hancur. "Tuan, bukankah ini yang Anda inginkan? Tuan hampir berhasil, dan
di bibirnya yang memiliki makna tertentu. Soe berkedip lebih cepat, perkata
kan pernah terjadi. Dulu, ia hanya melihat Liu Yifen tertawa bahagia dan te
tunya! Kamu tunggu saja di sini, biarkan aku yang mengakhiri semu
lurus ke depan. "Kenapa takdir hidup saya seperti ini, Bei?" suara parau Soe menggamb
di wajahnya. "Tuan, ini adalah misi terakhir kita, bukan? Lagipula, ini sangat
ambu
jak dan follow aku juga
mani