icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Ibu Mertuaku Penuh Drama

Ibu Mertuaku Penuh Drama

Penulis: RA. Adisti
icon

Bab 1 Part 1

Jumlah Kata:1488    |    Dirilis Pada: 02/01/2024

t s

ntuk pengajian dulu di rumah Ibu Mia!" Ketus Ibu mertuaku sambil

kan setiap dua hari sekali. Ini belum

ayur bayam sama tempe, tahu. Terserah kamu mau masak apa yang p

, menantu yang satu, Farah tak pernah sekalipun d

, Suami mu tuh bangunin jangan malas-malas, suruh cari kerj

uk membangunkan suamiku yang masih tertid

, Mas Didik masih bergerak malas. Setelahnya, Aku lanjut meny

rthur yang berumur 3 bulan pasti bangun dan musti menyusu. Cucian piring sejak semalam sudah ku

kaian dan memotong sayuran sambil menggoreng tempe tahu yang sudah aku potong kotak-kot

ama setahun ini karena PHK di perusahaan tempatnya bekerja dulu dan sampai sekarang belum ada permohonan lamaran kerjanya yang membuatnya

an pakaian dan makanan yang enak-enak." Janji Mas Didik kala itu menenangkan, aku yang hanya

agus sehingga tak heran aku yang hidupnya pas-pasan ditambah suami yang pengangguran membuat Ibu me

k ke kamar untuk menidurkan Arthur kembali. Sebelum masuk kamar,

ih berjibaku dengan anakku dan pekerjaan rumah yang tak ada habis-habisnya dengan baju yang masih berbau asam. Pu

pemalas. Disuruh kerja malah enak-enakan tidur." Kepalaku me

ke tong sampah kalau hanya kamu lihatin, Coba lihat sampah berhamburan dan tai ayam dimana-mana

ntu dapur dengan menguncinya. Tadi saat membersihkan, semua sampah sudah kumasukkan ke dalam karung dan rencananya akan kubakar pada

daan membuat kami harus hidup menumpang dan bertahan dengan apapun perlakua

bukanya, dia menoleh dengan pandangan tak senang. Begitu kuhampiri, aku kaget karena semua piring yang tadi

ni pasti kamu berdua sama Didik yang habiskan makanan. T

asak, Mayang menyusui Arthur di kamar sementara Mas Didik mu

a orang yang ada di rumah ini, sudah menganggur bikin beban keluarga aja, Capek

karena Mas Didik masih menganggur, meski kami berdua selalu mengerjakan pekerjaan rumah sekalipun, tak pern

rtuaku ini. Dulu, saat Mas Didik bekerja dan kami sering membelikan kebutuhan di rumah ini. Perlaku

pasti ibu anggap sebagai anak sendiri, ya kan, Pak?" Bapak mertuaku t

k sekalipun mau ia gendong. Alasannya klise, hanya karena sudah terbiasa punya anak laki-laki maka cucu laki-laki membuatnya malas.

" Aku hanya mengusap dada mendengarnya waktu itu. Aku pikir itu hanya perkataannya sementara

a aku meminta bantuannya menggendong Arth

aknya sana," Akhirnya aku menggendong Arthur sambil menyelesaikan

ka tidak segera dikerjakan maka omelan dan caci maki ibu mertua akan terden

n bebersih rumah sampai memasak diserahkan sepenuhnya kepadaku. Sementara menantu satun

erja sebagai mandor di peternakan. Sedangkan adik iparnya yang terak

catat apa saja bahan yang harus ibu beli di pasar," Aku yang memang pandai mema

ke tempat Bu Ida dulu nanti Ibu kembali." Ibu menyerahkan semua belanjaan s

0 orang di pengajian, membantuku menggelar ambal, menyusun minuman gelas dan me

Dia memperhatikan dengan senyum karena semua lontong sayur sudah lengkap, di

r. Setelah lima belas menit, dia ke luar dan masuk ke dalam kamar. Tak lama diapun siap menyam

dapur. Aku dan suami saling berpandangan, kami masih sibuk memotong lontong. Kami berdua Mas Didik stan

ai sekali memasak dan bikin kuenya, ini yang berbungkus daun

a bukan nogosari. Isinya kue bebongko, seketika wajah Ibu pias karena malu

kue bebongko, itu loh kue khas Banjarmasin." Ibu cengege

sendiri tapi lupa namanya." Ibu tersenyum kecut saa

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka