Mengejar Cinta Bu Guru
lkan di bahunya, seakan nafas Shofia berhenti bernafas, perlakuan lembut sang suami
cantik di depannya, yang tentu halal untuk di sentuhnya. Gerry menarik dagu sang istri, mencium l
masih ting-ting alias perawa
ng. Ia telah sembuh dari sakit aler
atapnya dalam-dalam wajahnya ia lukis di memory otaknya. Ia masih anteng menatap Shofia, tanpa melakukan
ofia hanya mengangguk, sambil melempar senyum, "Maaf sebelumnya, jika aku tak s
a. Menghisap bibir tipis sang istri, ini adalah kali pert
y, sebab merasakan milik istrinya yang sempit, bukankah dia janda tapi kenapa seper
g, bingung mau bertanya, "Hmm bagaiman
uaminya. "Hmm, aku merasa kamu seperti masih utuh, bel
pertama, Ma
erawan?" tanya Gerry, Sho
ri. Bahkan ciuman tadi, adalah ciuman pertamaku," terangnya, panjang. Ia berbicara dengan
yang pertama untuknya dan untuk diri
ut bibir yang tertarik ke atas. T
*
eperti tadi malam. Dan saat adzan subuh berkumandan
un Gerry hanya bergeming. Tak ada niatan untuk bangun a
awah sana. Lalu ia menoleh ke bekas tempat tidurnya, bercak darah yang bercampur lendir membekas di s
ku masih ngant
ia, membuat terpaksa
alaupun kesal, nam
membuat selimutnya tersingkap ke bawah, ia masih polosan. Dengan tubuh
ng, lalu dirinya lari ke kamar mandi, langsung mengunci pintu kamar mandi dari d
andi, "Mas, tolong ambilin handuk," pintanya dengan menahan rasa mal
awabnya, sengaja m
masa' ia harus keluar kamar mandi dengan polosan, tamb
a nakas. Lalu ia beranjak begitu saja, ia hanya memaka
," jahil sang suami. Mengerlingk
diri. Cukup lima belas menit saja ia sudah selesai member
kali shalat, itu pun di hari raya. Seakan Gerry tak peduli, ia mengambil sebungkus rokoknya beserta pemantiknya, lalu ia keluar kamarnya, berdiri di balkon depan kamarnya. Menyelipkan sebatang rokok ke bibirnya, tangan lainnya menyalakan api dan membakar ujung rokok tersebut. Pandangannya menerawang, menatap langit-langit yang hampir terang tersebut. Ia menghisap dalam-
udah pendek. Lalu kembali masuk ke dalam
jang dan celana jeans warna hitam pula. Memilih jam tangan yang hari ini ia ingin paka
dinasnya. Hari ini ia mulai mengajar kembali, jika jarak dari rumah G
m keki sudah rapi di tubuh rampingnya, dan jilbab segi empat p
senyum. Lalu keduanya berjalan turun ke bawah menuju meja makan. Ge
apinya juga di sana. Mereka menikmati makan dalam di
bawa ke kampus. Shofia menunggu di sebelah gazebo rumah Gerry, tidak lama
tu sangat bahagia dengan perlakuan Gerry, ia teru
duk berdua dengan suaminya, untuk menghilangkan rasa canggung, Gerry menyalakan audio musik mobilnya. Bibirnya
an kini dirinya sudah tidak lagi perjaka, sebab suda