Tawanan Hati CEO Kejam
ur dengan Rainer dan aku saat ini sedang hamil anaknya. Berat rasanya
. Bagaimana mungkin, ia tidak pernah mera
i di ponselku tidak ada pesan itu," tambahnya membantah tuduhan yang tidak masuk akal tersebut. Seingatnya di aula pernikahan dirinya tidak memeg
kau menghapus pesan itu, tapi jejak pesanmu itu sudah kami lacak dan sudah ter
tubuhnya yang tanpa sehelai benang pun."Demi
K..
kekarnya ke leher jenjang Anindira hingga diri wanita itu kehabisan napas, seperti ikan yang baru dikelu
n meradang, "kau pikir aku akan percaya kata-katamu? Semua bukti mengarah padamu.
amanya! Bayar perbuatan kejimu pada Meira den
ya itu dan kembali tegasnya bergegas kelua
irnya tersadar jika Rainer sudah tidak ada di sana dan
sama tingginya dengan Rainer menyam
sedikit membungkukkan badannya. Telinganya seolah menjadi
dan siapkan beberapa penjaga di sekitar rumah
,Tuan
berik
ebatas mimpi. Ranjang mewah berukuran king size yang dilapisi seprai putih menandakan ia masih berada di dalam penjara Tu
an juga matanya yang sembab yang seharian itu menangis meratapi nasibnya yang sudah tidak suci lagi sekaligus terkurung di tempat itu. Tidak ada jalan kelu
ewat celah tersebut karena tidak ada pilihan lagi baginya saat ini untuk bisa melarikan diri. Di t
ra untuk melarikan diri mengurungkan niatnya karen
Anindira segera melesat ke luar pintu kamar yang terbuka untuk mencari kesempatan melarikan diri, tapi sayangn
na akan menyusahkan Nona sendiri dan juga kami tentunya di
ulang sekarang. Cepat lepaskan
dan menyimpan di sakunya. "Kuharap Nona menghabiskan makan malamnya," ucapnya yang s
a sekali tidak bers
makanan itu," sinis Anindir
embiarkan Anindira, kemudian bergerak mengganti sprei yang
ana Tuan Rainer secara paksa merenggut mahkota yang selama ini ia jaga. Ia segera
akanannya. Tetapi perutnya mengkhianatinya saat ini. Bunyi perut terus menggema kare
n itu dari tempatnya. Tapi setelah dipikir kembali, jika dirinya tidak makan maka ia tidak
berurai air mata. Makanan itu terasa enak di lidah tapi begitu
nyah makanannya sembari mengelap pipinya yang basah oleh lelehan air mata. Dipaksan
ama kemudian pelayan sebelumnya kembali masuk ke kamar untuk merapikan piring bekas makan
aik," tutur pelayan itu, "Tuan Rainer sendiri yang meminta anda untuk meminumnya
tertarik dengan coklat pana
baik saat ini adalah keluar dari tempat sialan ini, berengsek ...." Anindira benar-benar frust
tengah malam atau menjelang subuh. Ia yakin di waktu itu para penjaga
ena khawatir Rainer akan kemba
l itu agar Anindira tidak melakukan sesuatu yang merepotkan semua orang. Itulah yang dipikir