Janda Sebelah Rumahku
ar melupakan nya karena mereka tidak pernah terlihat obrolan di luar tentang pekerjaan. Erika pun berusaha acuh d
and?" tanya bi Nonik dengan wajah memelas nya yang mampu membuat Erika tidak akan tega jika m
ada secangkir kopi itu. "Iya bi gak papa. Bibi mending sekarang
anyak ya B
ruang Kepala Sekolah yang berada di pojok. Entah kenapa Ia selalu gugup jika akan bertemu Ferdinand, apalagi na
to
kan kopi," ucap nya setengah ber
lahkan
nya tumpah. Melihat Ferdinand duduk di kursi kebesaran nya, Ia pun segera mendekat dan men
membuka suara lebih dulu. Perhatian nya yang dari tadi terfokus ke laptop n
yang anterin kopi nya," jawab Erika sambil berusaha tersenyum, wala
ya karena masih mengepulkan asap. Tetapi tatapannya tidak beralih
r kerja di sini dan untungnya diterima." Tunggu,
lain. Tatapannya masih dalam, namun ekspresi wajahnya akan sangat suli
imana
nanyakan hal tentang kehidupan pribadi nya. Bukankah biasanya juga pria itu selalu bersikap profesional?
nggu jawaban dari nya, membuat Erika menghela nafas. "Pak Ferdinan
h pria di depannya lebih tidak sopan karena menanyakan pertanyaan pribadi tadi. Erika
memperhatikan tubuh Erika dari bawah sampai ke atas. "Kamu saja masih kenal dengan saya, masa saya gak kenal s
ur saja memang dari awal saat mereka bertemu, Ia terus memikirkan hal ini. Apak
jangan sedih begitu Bu Erika, saya gak mungkin kok lupain kamu. Tapi ya kita seh
dah menikah? Lalu kenapa tadi malah ber
baru, Ferdinand adalah Kakak tingkat akhir nya yang sekaligus meng-ospek nya. Hubungan mereka hanya satu tahun, karena Ferdinan
Saya kira Bapak sudah lupa saya karena.. Karena sekara
an memiliki tubuh langsing, kulitnya pun putih dengan wajah terawat. Namun sekarang apalagi setelah melahirka
uk Ferdinand setengah bergurau, namun ternyata tidak berhasil mengh
angsung melirik ke arah pintu dengan perasaan sedikit berdebar. Tidak mau membuat orang lai
dinand yang membuat bibir nya sedikit melengkungkan senyuman. "Kamu gak berub
apasan dengan wakil Kepala sekolah nya. Mereka sempat membalas senyuman, lalu Erika pergi dari sana d
lang Ferdinand se
an memudar. Ia bertingkah seperti anak remaja yang sedang kasmaran saja. Erika seger
sudah nikah dan sudah punya anak, terus Pak Ferdinand ju