Nafsu Besar Sang Dokter
yang terngah-engah dan memburu. Ronald mendaratkan ciumannya kali ini ke lehernya. Kemudian mulutnya merambat turun ke
enikmati hisapan-hisapan liar sang dokter pada kedu
rangsangan yang terus datang sejak tadi tanpa henti. Sambil menyusu, Ronald juga mengobok-obok vaginanya. Jari-jarinya
, udah gak tahan nih," kata Ro
ri sudah merasa kepalang tanggung, juga dia anggap memebrikan kegadisan ya
ini. Lagian dokter yang memintanya pun tidak mengecewakan. Muda, gagah dan tampan. Andai pun suatu
ih memastikan. Hanifah menjawabnya denga
bil langsung menempelkan ujung kepala
ah ketika Ronald sedikit menekan pantatnya hingga rudal
ng Ronald sambil terus mendorong-dorongkan rudalnya secara perlahan. T
ah tak urung juga mengerang kesakitan dan mencengkram kuat lengan Ronald seti
rah perawan mengalir dari sana. "Uuuuuu, enak dan legit banget memek kamu Han. Kamu memang benar-benar
tidak berniat menjawab pertanyaan itu. Ronald mulai menggoyangkan pinggulnya memompa vagina sang gadis yang kini sudah tidak perawan l
yang masih relatif muda, stamina dan rudal sang dokter memang masih sangat bisa dia
taminanya tetap stabil dan tidak cepat muncrat sebelum
menciumi bibir gadis itu, kadang menggelitik tel
kan senantiasa menjaga kesuciannya sampai bertemu dengan lelaki yang benar-benar telah menjadi suaminya. Hanifah tidak menyan
dalnya dan mulutnya semakin menceraca
a malu-malu lagi. Dan beberapa film porno yang pernah diam-siam dia tonton pun kembali terputar, seolah
dan Hanifah menaiki rudalnya. Batang itu digenggam dan diarahkan ke vaginanya. Hanifah lalu menurunk
fah yang sempit. Sang suster pun mulai menggerakkan tubuhnya naik turun deng
aaak banget kontolmu, Dooook, aaaah saya sangaa
esan alim itu cukup berisik saat sedang merasakan kenikmatan bersetubuhan. Bahkan lebi
ujung roknya lalu ditariknya ke atas seragam yang berupa terusan itu hingga terlepas dari tubuhnya. Seragam itu dijatuhkannya di lantai seb
as dari semua itu, Ronald terkesima dengan Hanifah yang memiliki tubuh sempurna. Buah dadanya montok dan proporsional, perutnya rata dan ken
ifah demikian liar menaik-turunkan tubuhnya di atas rudal Ronald, dia merasakan ke
amu ternayata sangat liar dan binal," kata
gung terus meladeninya. Wajahnya bersemu merah karena terangsang berat, kian membuat
anifah tidak tahan lagi, dia telah mencapai orgasmenya. mulutnya t
a Hanifah lebih kencang. Dia pun merasakan cairan hangat meredam rudalnya dan otot-otot vagina suster
h Hanifah melemas dan tergolek
an memekmu yang sangat nikmat ini,"
asi juga atas pengalaman
tnya dengan keras sehingga memberi sensasi perih bercampur nikmat bagi gadis itu. Sedangkan
rbar banget sih,"'kat
isangkal Hanifah juga merasakan nikmat yang tak terkira. Tak
untuk diservis. Hanifah menggunakan tangan dan mulutnya bergantian melayani rud
s itu, sebagian masuk ke kerongkongannya sebagi
ya jadi kesengsem loh sama kamu," puji Ro
ke sini ya, Suster
umku," balas Hanif
Bahkan Hanifah berani datang ke rumah dinas sementara Ronald, ketika sang dokter itu tidak ditemukannya di rumah sakit.
g sudah kerasukan syahwat hemaninya itu. Ronald menjadikan Hanifah sebagai budak seksnya. Tak jarang mereka melakukan persetubuh
sughkan sang dokter bernafsu besar itu, hingga tak sadar, jika sesungguhnya dia telah menjadi seorang wani
ah dan penuh nafsu, seolah akan menelannya hidup-hidup. Hanifah juga rela mengganti semua pakaiannya denga
ika Dokter Ronald harus pindah tugas ke tempat lain. Dia benar-benar kelabakan
in ditahan semakin membuncah. Hanifah pun sudah tahu cara mendapatkan kepuasan dari lelaki lain yang berada di dekitarnya. Se
ar-benar sedang menikmati semua perubahan hidup dalam dirinya. Terlebih
gangkatan itu sempat mendatanngkan gelobang protes dari sesama suster yang su
eng," ucap Hanifah sambil menciumi amplop berisi Surat
an Dokter Belinda, is
*