TANTE SISKA
it l
k mengira Panca akan menyerang duluan. Di mana-mana hukum fisika itu masih berlaku, gesekan bena
yang ada sekeliling lapangan. Siapa yang tak kenal dengan Panca dan
i dirinya sendiri, mener
a-tiba ikut berteriak terbakar sengitnya benang yang beradu di
. Ia tahu siapa yang lebih c
s menarik layangannya. Tangannya kanan dan kiri bergantia
hh .
t tiba-tiba benang di tangannya berhenti menegang. Lambat laun, dimulai dari benang yang i
engambang di atas langit. Sebentar sebelum kehilangan daya, tur
kal
BANGGAIN?!!" Gunawan menertawakan Panca. Disusul se
ya. Erik hanya bisa menggeleng, kecewa kare
pinjam m
lari melewati tubuhnya. Tiba-tiba sudah duduk menyalakan m
ayangan
iku
na Panca yang terburu-buru. Lawan meninggalkan lapangan pertandingan diiringi ta
rginya laya
a layangan bodoh lo itu!" sambar E
i pertigaan, matanya belu
memberi arah, Pa
Melewati gang demi gang yang dipadati rumah-rumah. Melewati
ik memberi petunjuk ke mana perginya l
r lagi layangan
layangannya dudah jauh lebih rendah dari sebelu
ka sampai di rumah yang cukup terkenal di kampung mereka. Benar saja
eberang pagar sebuah rumah. Erik dan Panca saling
i k
arusan, ia taku maksud kalimat Erik itu. Hawa horror yang kental meski si
eruskan kalimat Erik. "Rumah p
ng seketika membangunkan bulu
an 1 pohon rambutan. Kelimanya sama-sama besar dan berdaun lebat membuat rumah itu bukan rindang
tegak, jadi bagian paling awal setelah jalan r
g motor Erik. Wajahnya tengadah, punggung tangannya menghalangi matanya dari silaunya matahar
mbu panjang untuk mengambil layang-layang itu. Kecuali kamu yang tubuhn
m beberapa saat. Berpikir, mengamati sekitar dengan
ing ke arah yang dari tadi luput dari perhatian Panca. "Mana
mpir tiga meter
lo t
an takut manjatnya. Takut tu
bergantian, sedikit memanjangkan lehe
it ada ranting pohon mangga yang deketan ama pagar. Kita bisa pake itu buat
yang Erik maksud. Hitam bola matanya beringsut naik, bena
gue tak
ik. "Badan aja lo gedein, nyal
nya makin ke atas makin kecil, Sat!
is sampe mangga itu lo turun dah, bi
berwajah kesal banyak terpaksa. Sementara cuma Panca
AL!
berang jalan lebih dulu sambil menengok ke kanan dan kiri, bukan untuk mengawasi kendara
bergerak kompak. Tubuhnya berada di celah antara riang listrik bes
ya gempal, berat tubuhnya yang hampir satu kwintal benar-benar merepotkan. Belum lagi bulir-bulir keringat yang membasahi kedua telapak t
?" Panca akhirnya
n melotot, telunjuknya mengacung vertik
ik-bisik. Melingkarkan ujung
ian, setelah meniti pagar tembok semen yang hanya setebal tepalan kakinya, Panca akhirnya tiba juga di tempat itu.
di perutnya sekaligus menyapu remahan kulit pohon mangga yang mengotori kaos dan
belum sampai kering. Sedetik setelah Panc
iri mematung. Kedua matanya terb
ante
.....!!!! MM–MA
mbung