icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
I am Your Boss

I am Your Boss

icon

Bab 1 PROLOG dan Sekretaris Baru

Jumlah Kata:1924    |    Dirilis Pada: 04/11/2023

jaan kamu selama in

mu ngapain di sini

menemani hari-hariku tanpa pernah tahu profesi apa yang

ng mengerut serta tatapannya yang tampak terkejut. Ia mungkin tidak mau menerima kenyataan bahwa

at! Gue nggak mau tangan kotor lo

lan pergi dari seonggok raga yang kini bergem

A hingga ia berkuliah di kampus ternama saat ini. Namun, aku tak melanjutkan ke universitas hanya

I

lakukan apa saja. Aku mengerjakan semua hal yang bahkan tidak bisa aku lakukan. Hanya kegigihan dan ketekunan yang mampu membuatku mengalahkan semua ego

mah-rumah tetangga, menjadi sopir, menjadi tukang ojek. Aku bahkan mengurangi pengeluaran harianku, meminimalisir po

-nyiakan kesempatan. Mengikuti segala macam seminar kewirausahaan. Mengikuti pelati

an sendiri adalah

I

ika tangis perempuan berambut lurus hingga pu

-apa, aku hanya mengalihkan pandangan sambil menyaksikan riuhny

ang diakui. Meski begitu, aku masih ingat betapa dulu ia bahkan tidak ingin tangan kotorku meny

ah memaaf

au begitu,

ebagai kekasih seperti dulu," tandasku, masih tak mau menatap dirinya yang

udah mendapat maaf, tetapi

didominasi warna biru muda serta tas di lengan kanannya. Aku akui ia am

pergi melewati pintu ini untuk keluar." Aku memutar kenop pintu, membu

pintu hingga keluar dari ruanganku. Sebelum aku menutup k

u tidak peduli dengan kata maaf yang begitu diucapkan lalu dilup

sadari saat ini. Bahkan masalah yang lebih pelik telah menunggu di depan sana. Ingin melahapku, mencengkeram

II

ebagai sekretaris baru di kantor ini. Saya sudah bilang kalau k

sa meyakinkan dia kalau kita memang tidak butuh karyaw

Pak. Or

kan temui dia. Di

epan ruan

aku mendengkus kesal. Bagaimana bisa dia bekerja sangat tidak becus? Seharusnya dia dan satpam yang sudah aku gaji

iri dari tiga lantai. Di atas lantai tiga terdapat beberapa perusahaan juga. Ada sekitar tiga ratus karyawan yang bekerja

sedang berjalan menuju ke arahnya. Dengan sungkan ia menyunggingkan senyuman. Di tangan kanan ia membawa sebuah amplop cokelat. Sepertinya identitas diri dan kumpulan sertifikat kerja sebagai bukti

ucapnya sambil sedikit membungkuk

a?” tanyaku dengan dahi berkeru

au melamar

an. Kantor ini sudah kebanyakan karya

sedikit bernada tinggi. “Pak! Maaf, tapi ... Bapak boleh lihat dulu berkas-berkas saya. Saya sudah

yawan. Kalaupun saya membuka lowongan pek

nakan. Di titik ini, aku benar-benar kesal. Tak habis pikir diriku, mengapa perempuan

ntimidasi. Namun, tetap saja ia tidak gentar. Ia semakin berani menyodork

angat ingin bergabung dengan perusahaan Bapak. Saya punya pengalaman sebagai sekretaris. Bapak

ingat diriku enam tahun yang lalu. Enam tahun lalu saat aku dapat makan dan minum hanya dari hasil parkir kendaraan. Ketika melamar pekerjaan dengan ijazah lusuh tamatan sekolah menengahku, tidak ada satu perusahaan pun yang m

endu. Kulihat matanya memang menyimpan sebuah kesedihan. Selain itu,

dan, lalu berka

mpuan itu masih berjalan pelan. Ia tampak lega, teta

duk

odorkan amplop cokelat yang berisi berkas-berkas lamaran dan beberapa kertas bukti prest

kas-berkas kamu. Tida

a lakukan agar bisa diter

ar sebagai apa di

an sebagai sekretari

retaris?” Aku mendengkus. “D

rja di perusahaan

ti bekerja di

ay

u kamu ceritakan

raturan-peraturan lain yang mengatur tentang kedisiplinan karyawan. Yang lebih penting adalah, karyawan yang bekerja di perusahaan ini dilarang keras untuk sali

p ketika aku mendekatinya

k boleh dibantah. Harus dilaksanakan dengan baik. Pendapa

kat tanganny

pa?” t

Kenapa karyawan di sini

uh cinta ma

ya,

a yang boleh melanggar aturan itu. Tidak ada yang bol

ara lisan, kamu saya terima bekerja di sini sebagai sekretaris saya. Karena kebetulan sekret

ertas di laci meja, lalu m

Nanti kamu akan saya berikan salinan yang lain. Yang penting di

ia mulai membaca pasal-pasal yang bercetak tebal pada kont

tanda tangani saja kontrak itu,” kataku seolah menant

ncabut pulpen yang ada di meja, tak menunggu lama ia menandatangani kontr

utkan. Kamu tidak boleh bicara sebelum saya memerintahkan kamu bicara, atau sebelum saya bertanya k

Napasnya terdengar berat saat me

ah mengerti. Mulai se

i, s

bicara! Ingat? Itu adalah aturan

ia begitu kesal padaku saa

ik. Sekarang, pergilah ke ruangan kamu. Jobdesk sudah tersedia di sana. Kamu bisa mulai berkenalan dengan karyawan-

k. Hari i

andatangani kontraknya, kamu sudah resmi jadi bawahan saya. Kamu tidak bol

tapku dengan tajam. Tampak bahwa rahangnya mengeras. Kupikir ia memang sangat kesal padak

mpuan tersebut,

akan merasakan apa y

I

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka