Nostalgia Cinta
o drunk. Stay sober, okay? Call me when you're
dah mulai berkurang setelah menghabiskan segelas coaktail yang ia pesan, pa
diadakan di sebuah kelab ini terlalu meriah untuknya. Meskipun sejak tadi hanya Nadi
itu, Nadia lebih memilih untuk menikmati minumannya sendiri. Alhasil, sekarang
menumpuk. Belum lagi desakan Ray untuk segera
ntuk bertemu dengan orang tuanya,
eraguan masih menyelimuti hatinya. Apakah dia benar-benar yakin akan menghabiskan seluru
elakangan ini, Nadia merasa cinta Ray terlalu
rhatian ekstra dan sikap manis Ray padanya. Namun, lama-la
anya. Mereka tak sengaja bertemu karna Ray adalah dokter yang mer
esan balasan untuk Ray, saat tiba-tiba saja
i kepalanya. Sekarang, matanya tak bisa melihat dengan jelas. Jalanan di depannya seolah bergerak-gerak, membuatnya sulit fok
masuk tanpa memedulikan apapun lagi. Gadis itu berlari ke salah s
di mengaduk-aduk lambungnya. Setelah mengatur napas dan merasa se
ria yang berdiri tegak di hadapannya. Seorang pria dengan kemeja
g menatapnya t
orang yang sedang berdiri dengan tangan terlipat di depan dada itu
imana bisa seorang laki-laki masuk ke dal
minum," ucap lelaki itu sambil
ini ingin melakukan sesuatu yang tidak-tidak padanya. Namun, posisi Nadia terpojok karna pu
ta!" teriak Nadia dengan napas terengah. Penglihatannya masih sedi
bibir pria itu menyunggingkan senyum
an ia silangkan di depan dada. Berusaha melindungi dirinya se
mu lupa
butkan namanya. Kedua kelopak matanya terbuk
nyumnya tampak tidak asing. Namun, pandangan Nadia yang buram menga
akit di kepalanya semakin tajam menusuk. Dan semu
, gadis itu ambruk ke dalam
k, namun tak ada hasil. Sepertinya gadis itu benar-benar pingsan. "Okay, i
rapat. Tubuhnya berguling kiri kanan, merasakan
njutkan mimpi indahnya, saat dia mendengar suar
ra serak. Tenggorokannya terasa sangat keri
gu d
mengedarkan pandangan dan kemudian mendesah lega saat ia mengenali tempat tidur itu sebagai kamar
ya. Tapi ... ah, nggak mungkin. Nadia menggelen
k bisa mengingat apapun. Bahkan hingga
. Buru-buru gadis itu bangkit dan turun dari ranjang untuk mengambil
nelpon," gerutunya sembari menggar
udah jam berapa, Oneng?! Kamu lupa hari in
uru-buru menoleh ke arah jam dinding. Dan gadis itu hampir
p sambungan telpon dari Widi saat it
mandi, benda di hadapannya itu tak mau be
palanya menoleh kiri kanan mencari sesuatu untuk melindungi dir
agaiman
alam kamar dan menyelamatkan diri, namun pint
-laki bertelanjang dada dengan handuk yang membelit
membilas baju. Bukan hanya itu, dia juga memiliki wajah dengan garis rahang yang tega
t basah disugar dengan sebelah tangan, mem
itu sudah menggigit s
berteriak dan menendang lelaki itu agar pergi, Nadia justru sedang membayangkan hal-hal di luar kendalinya. Se
berdiri di hadapannya ini adalah pria yang paling dia hindari. Seorang p
, Samuel
mpan bertubuh atletis itu. Seorang lelaki yang pernah menyentu
am