Long Live The Maiden!
ya mereka katakan untuk menggambarkan vampir. Entah dari mana asalnya legen
k sedikit pula yang mengidolakan mer
r yang sebenarnya. Semua kisah itu kebanyakan hanyalah has
an vampir. Siapa pun yang berkata bahwa vampir itu ada pasti akan dianggap
an teman main. Mereka bisa saja berada di sekitar kita. Hanya saja kita tak tahu bagaimana wujud mereka sebenarnya. Karena saat mereka menampakkan wujud
n, Darsih!?" bentak pria
ya di ulu hati Darsih. Banyak yang pria itu sesalkan, karena itu adalah hasil perbua
n dia ucapkan, hingga hanya rintihan yang terdengar dari mulutnya. Tetapi, dia sudah memprediksi bahwa suatu saat
rlahan Darsih menyeb
hunuskan pada gadis itu. Diraihnya pipi Darsih dan dia belai lembut. Meski
at merasakan cinta seperti manusia pada umumnya. Setelah bertaha
n..." ucapnya sebelum a
dia sendiri yang telah melakukannya pada Darsih. Dia membunuh gadis yang begitu memikat hatinya sejak mel
halamannya, Belanda. Meskipun dia dan istrinya mempunyai keturunan, hubungan mereka berdua tidak
apal VOC untuk berdagang sekaligus menyebarkan agama. Dan ketika
tanya yang hijau berkilauan. Kain dan kemben yang melilit tubuhnya tidak
u begitu cuek padanya. Adrian pikir, itu karena dia tidak bisa ber
n mulai mekar di hati Darsih yang selama ini tandus bagaikan gurun pasir. Perhatian yang diberikan
Adrian mengobrol. Salah satu topi
dan tak ada yang berani mendekati gadis itu. Alasannya adalah warna mata dan rambut putih mi
iliki warna rambut yang berbeda adalah hal wajar." jelasnya
r masalah genetika. Karena, gadis itu memang berbeda.
takan sebagai salah satu budak iblis itu. Mereka menghisap darah manusia demi keabadian
beberapa ayam milik warga desa mati dengan leher terbuka
reka menggerebek rumah gubuk milik Darsih saat pemiliknya tidak di tempat. Sia
ah satu warga yang ikut
i hewan buruan di hutan begitu kaget akan banyaknya warga yang datang ke rumahnya.
wa dia sama sekali tidak tahu mengenai darah dalam gentongnya itu. Bahkan dia tidak mera
a. Hanya satu tempat yang dia tuju, kediaman Adrian. Dia begitu yakin jika Adrian a
Tidak mungkin dia masuk dari depan, karena keadaan desa saat ini. Tetapi saat ingin mengetuknya, ter
genai gadis terkutuk
rsih cukup mengerti kurang lebih apa yang dia kata
pun. Dia manusia biasa seperti kita. Kau sendiri bera
gelak lawan bi
ru saja mendapati satu gentong berisi darah di
tak m
g halaman kita? Bukankah kisahnya hampir sama? Orang tu
bukan mayat."
itnya juga begitu pucat dan juga jarang keluar di siang hari. Bukankah tidak m
p. Dia manusia seperti k
dis itu telah menyalahi agama. Dan apa perlu ku ingatkan lagi
Dia tidak bisa menyangkal perkataan rekannya. Karena, mema
rian telah menikah dan memiliki anak. Jika dia tahu, tentu dia tidak akan mendekati pria itu. Meski begitu, dalam hatinya dia sadar bahwa dia tidak mungkin tidak
kamar itu. Dia menjauh perlahan dari sana d
uki nasibnya yang begitu sial ini. Dia tidak dilahirkan seperti ini, tetapi juga tidak bi
ya begitu lapar, karena sedari pagi dia tidak mendapatkan cukup darah binatang untuk
lar besar itu pun kelaparan. Ular berjenis phyton itu merasa Darsih adalah man
dapat menghindar dari serangan ular besar itu. Meski begitu, nampaknya
ika ular besar itu begitu ingin memangsanya, maka tidak salah baginya untuk membalas da
da akhirnya, ular besar itu pun me
atikannya dari balik pohon. Saat Darsih menengok, orang itu juga memperlihatkan
an tubuhnya yang sakit itu dan dia merasakan basah di sana. Begitu ia mengangkat telapak ta
yang menyerangnya. Dan seketika itu pula, sekali lagi be
nggilnya pada
liki banyak alasan untuk melakukannya. Pengkhianatan yang didapatnya jelas begitu sakit. Tetapi, setidaknya kali ini dia