IBU YANG KAU BUANG
ku berhenti bekerja? Kamu sudah cukup menikmati hasil keringatku. Jangan menuntutku lebih lagi!"
ngar sedikit meninggi. Biasanya aku tidak pernah menin
u?" cicit Feni. Dia memandangk
hormat padaku. Padahal aku selalu menganggapnya putriku sendiri. Aku tidak membeda-bedakan dia dengan Damar a
pada Mas Damar. Biar Ibu rasakan t
yang keras. Sepertinya dia terlihat sangat marah. Tapi
mar. Pikiranku mengembara. Memikirkan keinginanku untuk pergi ke Tanah Suci. Keinginan y
ingin melaksanakan keinginanku itu. Mumpung aku masih punya rejeki. Aku mendapa
dekat. Aku tidak tahu sampai berapa lama sisa umurku. Masi
*
yaku begitu sampai di dapur. Kulihat tubuh jangkung putraku sedang
Tapi kali ini dia tidak memanggilku sama sekali. Jadi aku pergi sendiri ke dapur k
i melanjutkan aktifitasnya memasak mie instant. Bibi
dak anak lelakiku itu dengan lembut. "Kamu ngg
atanya tajam menyorot wajah tuaku. Aku tersentak. Selama ini dia tida
udah membuat Feni marah hingga ti
ar dari bibir putraku itu. Tanganku yang
mangkok. Kemudian dia membawa mangkok itu ke atas meja makan. S
akanan tidak sehat itu. Aku menghela na
ar?" tanyaku padanya set
rtanyaanku. Lalu dia menoleh ke ara
u, Mar." Aku terus membujuknya tidak tega rasan
ong jangan bilang jika aku adalah ibu yang lemah. Aku hanya
saja
tinya sedang diliputi amarah. Aku menghela napas pelan. Susah sekal
a. Aku pun memutuskan untuk duduk di samping Damar. Menunggunya selesai makan, untuk mengutarakan keinginan
kuah mie saja. Anakku itu pasti sangat lapar hingga makannya
eguknya hingga tandas. Setelahnya dia mel
ketika melihat amarah Damar sudah terlihat mered
ingin Damar t
berbesar hati karena Damar
pesangon 'kan?"
anku mulai tidak enak setelah mendengar pertanyaannya itu.
ada ap
apat uang pesangon 'kan?" Damar mulai tampak tidak s
pat uang pesangon
ian untuk belikan Feni emas, biar dia nggak ngambek lagi," papar Damar memotong ucapanku. Padahal
dengan entengnya dia menyampaikan keinginannya padaku? Padahal aku
Ibu sudah lama sekali ingin pergi ke Tanah Suci. Kali ini ibu akan memakai
u tidak bisa mewujudkan keinginanku satu-satunya? Padahal keinginanku cu
in bertandang ke Tanah Suci. Hany
sar, hingga kursi yang didudukinya terlempar ke belakang. Kemudian dia berlalu pergi dengan lan
rih di hatiku yang terasa sekarang ini, karena melihat putraku terlihat marah padaku