DENDAM INDRIANA
kamu, kamu anak baik yang Om kenal. Om yakin kamu bisa menjaga anak semata wayang Om. Om serahkan tanggung jawab menj
i putri Om. Saya janji akan menjaganya dan mencintainya dengan sepenuh hati. Hubungan k
seperti itu, Ayah. Ayah
ng tuaku yang merawat aku dari kecil, semenjak Ibu m
4 tahun. Namun kebahagiaan ini akan menjadi dilema buatku. Antara bahagia dan sedih. Ayah memi
kamu hubungi penghulu. Saya mau menyaksikan Indri dan Andi menikah, sebelum saya dipanggil oleh-Nya," imbuh Ayah kep
kaligus saksi untuk pernikahan Non Indri," sahut
terhadapnya, yang dengan sukarela meminta Bu Ratmi mengajaknya untuk tinggal bersama di rumah kami. Ayah juga tanpa keberatan, beliau menyekolahkan Hana sam
ak kuasa menahan sedih, karena Ayah s
ah, berdiri tak jauh dar
ga orang pria paruh baya memasuk
a saya bantu?" tanya Pak penghul
engannya sekarang juga," tunj
buatku rapuh saat itu juga. Tak hentinya aku mena
aya nikahkan mereka berd
berjabat tangan dengan Pak penghulu. Dengan mas
dengan Ananda Indriana binti Yudha. Dengan mas kawin
Indriana binti Yudha dengan ma
as, akhirnya Mas Andi s
ksi, sah?" tany
h!" jawab k
penghulu membacakan doa ya
sih ...."
mai terbit di kedua sudut bibir Ayah. Namun
meredup. Kepalanya lunglai d
aaa
lakukan adalah mendoakannya. Mendoakan supaya beliau dijauhkan dari siksa kubur. Kamu jangan nan
at itu. Disaat aku bahagia menikah dengan kamu, disaat bersamaan pula, Ayah p
mencoba menenangkan
inggalan Ayah begitu banyak. Sehingga aku tidak akan kesusahan apabi
rkan bunga di atas makam Ayah.
ku aja. Mulai hari ini, kamu
ku akan ajak kamu ke rumah Ibu dan Bapakku. Mereka pasti akan
naiki mobil pe
kan siang. Awalnya aku enggan untuk makan, ka
am
anya suamiku saat kami
telah selesai meng
erti mengangg
iki tempat tidur dan b
, dan menyibakkan anak rambut ya
. Tidak enak juga kalau lama-lama libur," imbuh
bisa berlama-lama libur seperti ini. Mas Andi hanya karyawan
kami. Terlebih Mas Andi sangat dekat dengan Ayah dan sering main ke rumah. Maka ta
Mas Andi memulai aks
pai pada akhirnya, kami berdua ambruk dengan perasaan bahagia yang
hagiakanku, walaupun ini ad
pulas dengan berjuta
r
ja kecil. Jam sudah menunjukkan waktu tengah malam. Aku melihat ke sisi kananku. Mas Andi t
an mata, karena tida
g, ban
kanku. Aku membuka mata, dan benar saja. Se
a, Mas?" tanyaku seray
mun ia menyerahkan sebuah k
yaku, dengan mata yang mas
untuk usaha sampingan selain aku kerja di pabrik. Kamu maukan tanda tangan sur
isa kok, memberikan modal untuk kamu, tanpa kamu harus pinjam uang ke bank. Huam ...." Aku berbicara
nk. Aku tahu kamu masih berkabung atas kepergian Ayah. Aku cuma mau punya usaha dengan hasil jerih payahku. Biarlah semua uangmu kamu yang simpan da
ini caranya. Tapi aku nggak mau berpikiran aneh-aneh, aku tahu, maksud suamiku itu baik. Aku pun
anya. Aku mau tidur lagi, ya! Aku ngantuk banget. Tanda
a. Aku juga mau tidur lagi. Tapi aku mau ke dapur
g tidur. Tidak membutuhkan waktu lama, ak
menembus di sela-se
ng beranjak dari tempat tidurku. Aku berjal
kl
amar, namun sesuatu
sini? Siapa yang menaruh