Novelist story
s tenang," aku menar
tang-panting keluar. "Untung saja," ujarku sambil me
lah berdiri di depan untuk waktu yang tidak lama. Akhirnya, aku berhasil mendapatkan
am hati, merasa lega mene
or 3, Pak," jawabku dari belakang, memberit
aian kota yang sibuk. Aku duduk di belakan
n, aku melihat sopir itu membelokkan stir ke arah kiri. Seharusnya, ia harus terus lurus m
i aku memberanikan diri untuk berta
sopir sambil melirik ke b
, kok Bapak malah belok ke kiri?" tanyaku
knya kejahatan yang dilakukan oleh sopir taksi. Saya takut jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
tu dulu di jalan ini. Rumahnya kebetulan berada di persimpangan 3. N
masih harus tetap hati-hati dan waspada terhadapnya. Siapa s
kuburan. Bulu kuduk aku tiba-tiba saja merinding. Lalu aku me
paket ini, Neng!" ia mengangkat sebuah kotak keci
perti ini, apalagi lokasi kami yang sangat sunyi. Bahkan tidak ada satu orang
ke pusat bantuan atau langsung ke polisi. Tidak masalah, Neng. Lagian, saya juga tidak ada niat buruk. Saya tahu apa yang Neng pikirkan. Neng p
" sahutku
untuk bersiap-siap menghubungi pusat b
salah besar menilai supir tersebut. Akhirnya, ini hanya trik penipuan untuk melakukan kejahatan. Namun, nyatanya tak seperti itu. Setelah orang itu memberikan ongkos sepe
u, kemudian aku membayarnya tanpa basa-basi. "Pak, yang d
t taksi tersebut. Bahkan, begitu cepatnya. Ya, dia untuk pergi, sumpah ini kejadian yang benar-benar nggak logika. Aku b
mengetuk-ngetuk pintu kosan kami. Aku benar-b
n aja, lu orang males sih. Udah malem-malam kayak gini malah te
Lu juga lama amat buka pintunya. Tingg
akkan lo sih? Baterainya
lamin barusan?" Ungkapku dengan m
akan nulis, anjir!" Laras langsung masuk ke kamar, meninggalkanku begitu saja. Iya, bahkan tak mau mendengarkan kejadian yang aku alami. Sumpah, aku dan Laras sama sekali tak bisa b
si apa yang ada di otak gue, tapi gue ngejalaninnya beneran. Anjir, lu yakin,
mi, mulai dari perjalanan di taksi hingga saat kami tiba di kuburan itu. K
ntuk menceritakan apa yang kualami. Ia juga bilang ke aku bahwa Laras tidak peduli dengan cerita-cerita yang kusampaik
menganggap ini sakit lagi. Aku pun berbaring di atas kasur di samping Laras tanpa mencoba lagi mencerit
," u
Ini juga udah malam, jamnya tidu
ue selama ini menganggap lo sahabat gue. Pikir gue bisa nyeritain semua hal-hal yang gue
ah," Laras tak jadi melanjutkan omongannya, ia takut yang