Sang Mantan Pelacur
y Re
*
ang mantan. Benda putih berkilau itu sudah mencapai leher, sedikit saja bergerak nyawa
ngat itu!" Mata yang memerah dengan penekanan di setiap kata yang diucap membu
bisik pada Adilla, "Jika Ibu dan
itu pada leher Rustam. "Kupastikan nyawamu melayang." Tangann
Sedikit memang, tetapi sanggup menciutkan nyali. "Oke ... oke. A
sulung. Anwar, adik yang paling tua dan tahu bagaimana perlakuan Rustam dulu, cukup lega melihat perlawanan si sulung. Sudut pandang pemuda itu tentang
n wajah menahan malu. Orang-orang di sekeliling yang menjadi penonton perteng
dilaporin ke polisi aja." Anwar berka
uh. "Nggak perlu, Dik. Mbak iso ngadepi dia. Tenang wae, ya. Satu lagi, ojo cerita I
a terdiam dengan pikiran masing-masing. Sesekali menjawab
al. Keadaannya begitu menyedihkan, baju kusut serta lusuh tak karuan. Muka
lla pada Anwar, "A
inderanya mengikuti telunjuk si
juala
pi kalau itu kayaknya bukan." Anwar dan adik-adiknya meng
gi, tuh." Setengah berlari mereka mende
panggil Adilla
umber suara. Mata mereka bertemu, keduanya meneliti tampilan masing-masing. Danang ya
'kan?" tanya Ad
ta, Danang masih bisa mengena
baik," jawab Adill
nyoba?" Danang menghenti
nya. Terus terang dia sangat iba melihat
ung. Sementara dua adik Adilla, hanya mengangg
" Danang mulai merac
rsi kue pukis dengan pugas sesuai pesanan masing-masing siap d
ekonomi. Adilla terenyuh, apa yang dialami Danang, perempuan itu pernah merasakan. Dihina dan di
rapa, Nang?"
alal, buat makan mereka sama biaya sekolah. Kamu sekara
pan mereka. Mumpung aku masih di sini, kamu ajak main anak istrimu ke rumah, ya.
mpatan, aku pasti main ke rumahmu
Hari sudah semakin sore, takut Suamiyah khawatir menunggu kedatangan mereka. Perempuan berku
s dibayar, Adill menyerahkan uang itu pada sahabatnya.
nggak punya kembalian. K
salam sama mereka, itu hadiah dari tantenya yang be
i, Rum. Terima kasih ba
asih, Nang. Semoga bisa m
ng sahabat. Sebuah ungkapan syukur Adilla ucapkan dalam hati. Mas
e Mbak Rum, ya?" tanya si bung
n bareng. Sayang, setelah itu kita nggak pernah main
lagi sama Mas Danang, Mbak. Jadi bi
, do
n Sumaiyah yang menatap lekat pada Adilla dan adik-adiknya. Keki
aya aja kamu sekarang," ucap perempuan
untuk menjawab sapaan
Jangan seperti anaknya Pak Marwoto yang katanya kerja di salah satu restoran. Eh, nggak tahun
rasaan yang tak karuan. Berharap tak akan pernah ada yang t