Dekapan Harapan
an yang berombak, "Bukan siapa-siapa yang perlu kau ketah
Dina, berbisik dengan cepat, "Dina,
kah maju, berteriak dengan penuh semangat, "Ayo tu
faatkan momen ini, Sasha melempar sebuah benda ke arah lampu di atas mereka. L
wati bayangan tersebut. Kedua perempuan itu berlari cep
, Sasha menarik Dina masuk. "Kita h
menatap Sasha. "Apa yang t
dari organisasi bayangan yang telah mengincar kita sejak
ang ia temui sebelumnya, "Jadi, mereka
ta harus menemukan jawabannya se
nemukan jalan keluar secepatnya. Namun, setiap langkah me
s memisahkan di
kejut, "Apa? Ti
, ini satu-satunya cara. Aku akan mengalihka
Dina mengangguk. "H
berharap bisa menemukan kebenaran yang tersemb
anian yang hampir hilang. "Siapa kau?" tanyanyaan yang berombak, "Bukan siapa-siapa yang perlu kau ketah
Dina, berbisik dengan cepat, "Dina,
kah maju, berteriak dengan penuh semangat, "Ayo tu
faatkan momen ini, Sasha melempar sebuah benda ke arah lampu di atas mereka. L
wati bayangan tersebut. Kedua perempuan itu berlari cep
, Sasha menarik Dina masuk. "Kita h
menatap Sasha. "Apa yang t
dari organisasi bayangan yang telah mengincar kita sejak
ang ia temui sebelumnya, "Jadi, mereka
ta harus menemukan jawabannya se
nemukan jalan keluar secepatnya. Namun, setiap langkah me
s memisahkan di
kejut, "Apa? Ti
, ini satu-satunya cara. Aku akan mengalihka
Dina mengangguk. "H
berharap bisa menemukan kebenaran yang tersemb
kan 50
at
rin Kebenar
edup. Di setiap belokan, hatinya berdebar takut bayangan muncul kembali.
as, melempar benda-benda yang ditemuinya ke lantai. Bayangan yang mengincar m
gan pintu itu, seakan menahan rahasia di baliknya. Dengan perlahan, dia mendekat, merasakan aura
ulisan dan gambar. Peta, foto, dan berbagai dokumen terpampang dengan rapi. Ini adal
ang tertulis. Semua yang dia pikirkan selama ini ternyata hanya puncak gunun
yi di balik meja besar di tengah ruangan. Seorang wanita berj
baik," gumam wanita itu. "Tapi, Dina
ranian muncul dalam dirinya. Dia tahu harus berbuat sesuatu. Dengan cepat, d
tuk keluar dari ruangan tersebut. Saat berlari di lorong, dia bert
angan Dina. Mereka berlari menuju jalan keluar, namun
seolah ada sesuatu yang terbangkitkan. Dia mengangkat tangannya, dan caha
baru saja terjadi. "Apa yang kau lakuk
hu. Tapi, kita harus segera pe
bersembunyi di sebuah tempat terlindung, bernafas lega. Namun, keduanya tahu bahwa petualangan mereka ba