Orang Ketiga (Tidak ada kita, di antara kita)
mengalihkan tatapan dari Ello yang
engar sebuah jawaban. Aku begitu takut jika jawab
dan ternyata aku ... hanya selingan saja bagi Mas Al
an jika bulir-bulir air mata yang sudah menganak di pel
tentang kejadian semalam. Sungguh aku enggak bermaksud untu
Suni menggenggam tanganku. T
ahan diri untuk enggak menangis, akhir
ajah teduhnya itu sekarang di ma
butuh penjelan. Apa alasan kalian mempermainkanku? Apa yang kalian mau
yang sudah dilepasnya tadi. "Apa aku
n. Kuusap kasar wajahku yang basah, jangan sampai karena
begitu, Rum. Kamu tahu itu!"
makinya, tetapi saat menyadari ada Ello
ng tuanya, jangan sampai ber
tapi setelah Mas Alva mengetahui kalau dari pernikahan kami ada seorang anak, dia
u? Seenggaknya apa kamu enggak pernah berpikir apa y
ut bibirnya. Dia menggigit bibir bawahnya dan
hanya menggeleng dan membuatku enggak tahan untuk memaki. Namun yang terj
, dia menangis karena ketakutan
o. Dia pergi ke kamar, sedangkan aku masi
kataan Ayah waktu itu, semua i
ku hanya fokus magang untuk tugas kuliah dan bekerja. Namun, kegigihan dan perhatian
ncimu, Mas
*
ma. Aku memang enggak pernah berniat untuk pulang ke rum
panggilanku dan tanpa bertanya ala
aki, menarik koper dari rumah menuju pos yang lumayan jauh jaraknya
ang tutup mulut kepada security di pos untuk enggak memberitahu Mas Alva k
up mulut kalau suami saya tanya-tanya!" Dengan berat hati kul
ama datang. Mama lekas keluar
enangis karena merasakan ketu
ke bagasi!" Mama meminta bantuan security untuk
pa dan ada sedikit saja rasa menyesal kenapa malah meminta Ma
s diam? Kamu pikir
seketika terangkat, menatap Ma
ian bert
sudah Mama bilang kalau Mama bukan cen
ur. Aku tertawa kecil dan Mama ikut t
at sebelum akhirnya berhentilah di depan pom bensin
u ap
di
buat Mama marah
nangis di dalam pelukannya yang hangat. Pelukan seorang ibu yang en
irimu dulu. Kita bica
ena air mataku. Namun, Mama seolah enggak peduli dan memilih mela
ama-sama diam. Sesekali Mama bersenandung kecil at
ku saja
u dan memanggil bibi, menyuru
a!
ngga. Mama berbalik, menatapku lekat dan melambaikan
rgi ke kamarnya. Kami menaiki anak
s panjang, melirik Mama ya
h banget!" Aku menurut dan memilih duduk
an bergabung denganku. Mama menggenggam tanganku erat, seolah
semuanya? Apa yang kamu bilang it
ama sekali enggak ada raut wajah terkejut.
a merasa bukan waktunya Mama bicara, permasalahan S
atakannya, aku takut dengan reaksi Mama dan memilih me
itu membuatku takut. "Kamu mau tinggalin
sayang sama Mama. Mama sudah k
t. "Kalau begitu cobalah untuk bertahan sebentar lagi dengan Alva. Mama
iku dan hanya mencintai Suni!" Bulir air mataku sudah enggak b
tersedu, tangan lembutnya itu me
pintu terbuka dan seseorang menyapa