Niat Menyamar Malah Dilamar
k-olok oleh Bulek Ningsih dan Pak Salim. Se
isange
Bagus rasane spesial," sahut P
ng yang sudah kedaluarso. Past
dan biki
raveling kemana-mana. Mendengar suara tawa di rumah ini, menimbulkan suas
, aku dijadikan
embicaraan tentang aku dan Den Langit mulai bergul
ya setelah Den Langit pergi kerja. Nasi pecel dengan
a mobil?" tanya Bulek
Pakai motor seper
otor sport yang biasanya non
n Langit punya gebetan baru?" Bulek Nin
pertanyaan. "Embuh, Yu. Anak muda sekarang beda sama kita dulu. Deket
yang diincer, tapi siapa? Wong berangkat pagi, pulang juga s
ka bicarakan. Mobil, motor, kebiasaan, incer, kata-k
at masih kuliah. Dia akan menggunakan motor kalau ada perempuan yang di
empel. Kalau naik mobil, ya tidak ada seninya." Pak Salim ter
an? Aku kesal, membayangkannya. Den Langit dipeluk erat seorang perempuan yang digonjeng. Mereka meliuk-liuk mengik
urusannya dia yang playb
g bekas makan pagi kami, celetuk
Langit itu koyokke suka sama T
arah dan memecat orang yang memegang tugasmu, Tik. Wes, kita sampai bingung cari orang. Ini s
a jauhlah," celetukku kemudian beranjak dari kursi. Mengambil air dingin di
Langit walaupun terlihat gal
ustru meneruskan pembahasan
an bubur, pisang, dan sempat menyuruh beli obat. Ya, saya bilang,
Tutik ki, tidak peka blas!" u
i aku GR! Nih, kepalaku sudah bengkak," protesku sambil tertawa. "Den Langit suka dengan
ri, walaupun sebenarnya menekan d
jambang yang menghias pipinya, bikin
elum kembali berkata dalam hati
*