Kisah Cnta Pembantu Sexy
edari tadi ditunggunya. "Nah, Om. Itu dia datang," ucap Andreas sambil menggerakkan dagunya untuk menunjuk ke belakang lelaki yang tiga puluh tahun lebih tua darinya itu. Jelas
mata yang hendak meloncat keluar. Tak perca
gkat tangannya ke udara. Lalu ia lambaika
menoleh. Wanita itu pun membalas lambaian tangan Andr
Aruna walau masih menunjukkan bulatan kecil di tengah-tengahnya. Pundak Aruna yang tak begitu lebar pun hanya ditutupi seutas tali yang ia ikat di belakang lehernya. Sedang punggung Aruna yang berkulit mulus tanpa ada satu noda bekas jerawat badan pun dibiarkan telanjang tanpa sehelai benang pun yang menutupinya. Hanya di bagian bawahnya terdapat model rumbai sejengka
aat Aruna hampir sampai di dekatnya. Aruna pun tersenyum. Entah mengap
n tangannya. Namun, bukannya meraih uluran tangan Aruna. Andreas malah meraih pinggang Aruna dan menariknya ke dalam peluka
ngat menyapa kulitnya yang kedinginan. Tanpa Aruna sadari sebuah aliran listrik pun seakan menyengat tubuhnya begitu saja. Sehingga membuat debaran jantungnya ber
melihat adegan panas di sebuah film biru yang kala itu sedang naik daun. Dan ia sada
l menundukkan kepalanya. Menyembunyikan r
iau akan menjadi salah satu investor di A
ah baya yang ikut-ikutan memakai lingerie man se
kai sok-sokan pakai lingerie gitu. Walau nggak gue pungkiri badannya
Aruna sambil men
bil menggelengkan kepalanya beberapa kali. Matanya pun menatap lurus ke wajah Aruna. Sedang tangan lembut Aruna tak
ahut Aruna sambil ter
an Om Bramantio yang mulai berulah. Sebab, ia
pas tangan Aruna. Wanita itu langsung bernafas lega. Akhirny
emudian. "Selamat malem semua!" kata Andreas lewat mikr
ab semua ora
ara yang alakadarnya ini. Kemudian di acara selanjutnya gue akan memotong kue tart spesial ini. Untuk seseorang yang sangat spesial d
mbut dengan sorak-sorai para hadir
sud Andreas!" teriak Renaldo salah satu anak buah Andreas j
uh misteri. Ia pun melirik Aruna sekilas dengan senyum yang berubah manis. Aruna pu
eas pun tak langsung mengambilnya. Ia malah menatap Aruna sekilas. Dan lagi-lagi pa
s. Lalu meraih pisau itu da
nih!" ujar seorang cowok di antara para
ong! Potong! Potong!"
u gue potong sekara
ee.
Plok
u ke tingkat ke dua roti dengan lilin yang masih menyala itu. Dia memang tidak suka acara tiup lilin dan memohon doa. ''Karena itu hanya dilak
indah bagian yang sudah terpotong ke atas l
a Andreas sambil mengangkat lepek be