Belenggu Sang Mantan
yang turun begitu lebatnya, tampak seorang laki-laki fokus mengendarai mobil itu dengan begitu hati-hati karena derasnya air hujan ya
ta yang terlihat tak berdaya itu. Terjebak di tengah jalan tol dalam kondisi mobil yang mogok, dan juga hujan lebat, pasti bukan hal yang mudah, sekaligus juga membahayakan bagi seorang
osi bergumul di dalam hati. Sejenak mereka terpaku dalam diam, diantara gejolak hati yang begitu menggebu, namun tak tahu harus
ara
iam dalam rinai hujan yang beradu dengan suara gemuruh kilat dan petir yang seseka
kisah masa lalu. Sebuah kisah yang seharusnya telah usai. Tujuh tahun memang telah berlalu, tetapi kisah itu seakan masih mem
kan rintik hujan itu tak lagi jatuh ke atas kepala dan tubunya saat sebuah payung yang dipegang oleh Arron, kini melindungi tubuh keduanya dari derasnya air hujan. "Lama tak
kau pergi sekarang, k
inta ini bel
sudah habis saat dulu suamiku lebih mempercayai apa yang dikatakan oleh orang lain dibandingkan diriku. Padahal, dia mengenalku bukan satu, dua, atau tiga hari
menolongmu, anggap saja aku orang asing bagimu, anggap kau tak mengenalku. Tapi tolong, terima pertolongan dariku, setidaknya demi orang-orang yang masih menyayangimu, dan menunggu kepulanganmu. Kiara, ini sudah mal
ikl
erjalan mengikuti laki-laki bertubuh tegap yang berjalan di depannya. "Baju kamu basah, pakai ini saja," ujar Arron sambil memberikkan jas yang dikenak
tu menusuk ke dalam tulang. "Ara!" panggil Arron. Wanita itu tak menyahut, yang terdengar hanya suara gemerletuk giginya disertai tubuh yang tampak kian menggigil
i pintu tol. Lebih tepatnya, sebuah pintu tol yang jaraknya m
ke Jakarta masih jauh, Ara. Sebaiknya kita cari te
, Arron hanyalah sebatas mantan suami yang seharusnya dia lupakan, dan dia tak mau hanyut
aku ada urusan pe
itu. Setelah melakukan reservasi dan masuk ke dalam kamar, Arron menyuruh Kiara untuk mengganti bajunya de
lah. Nanti kalau bajunya su
ruangan di samping kamar, dia ingn menepati janjinya untuk tidak mengganggu Kiara, meskipun harus menahan rasa rindu yang begitu menggebu. Rindu yang telah dia tahan selama bertahun-t
T
tubuh itu terlihat semakin mengigil. Arron yang baru saja mendekat ke arah ranjang Kiara, spontan membelalakkan matanya sa
itu saja pakaian yang dibawakan oleh petugas hotel tersebut. Arron pun masu
a-kenapa, Kiara," ujar Arron, tangannya pun menjelajah dan menggesek seluruh lekuk bag
iara pun menganggukkan kepalanya. "Aku ke samping dulu ya," pamit Arron. Tetapi saat dia akan beranjak dari ranjang itu, tiba-ti
ra. Dia merebahkan tubuhnya di samping Kiara, lalu mendekap tubuh itu. Awalnya Kiara menolak dekap
i masih terasa begitu lemah. Di tengah suasana malam dengan derasnya hujan yang begitu syahdu, ke
ara. I love you
ri dan ana