LINGERI PEMBAWA PETAKA
a lebih baik. Kemudian duduk dan menunggu Bu Ijah selesai datang. Mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada
gun," sahutnya deng
Bu, anterin Bu, ke k
mukenahnya dan menghampiriku. Kakiku turu
mana? Sudah enakan ya
emegang tanganku, perlahan berjalan keluar kamar menuju kamar mandi. Mataku teling
ampai hari kiamat tiba, kita sebagai manusia yang hidup berdampingan harus bisa melawannya, karena tidak kasat mata atau kelihatan, maka dari itu
rupakan dari setan juga Non, mengganggu otak kita agar merespon rasa takut, semua hawa nafsu juga sama, Non, seperti emosi dan lain-lain, kitanya
ya Sang Pencipta," pesan Bu Ijah lagi yang membuatku tersentil, bagaimana tidak. Selama
sambil menyeringai aku
nya, wajahnya yang membuatku tenang berada di dekatnya. Aku di antar lagi hingga
berani, kan? Sendiri." "Berani Bu, ya s
an, oh, iya, kamu bisa ke sini, ga? Ada kejadian mencekam semalam dan aku mau cerita," balasku. "Ya sudah, aku kesana, ya," Cinta membalas dan mengakhiri pesan. Cinta bertempat tinggal
bil menikmati hangatnya teh manis. Kemudian aku menceritakan semua tentang kejadian semalam dan aku juga mengatakan merasa senang dan bersyukur karena Bu Ijah berani dan sudah pengalama
anya," celetukku dengan kecemasan karena
sini lagi, kalu ada nanti aku cari per
u, kamu ga makan baren
ggalkan rumahku. "Kok aku merinding, ya," gumamku setelah kepergian Cinta.
aaa
n kencang, rasa kaget yang aku tahan hampir saja membuatku terjat
bisa jatuh, ya? Ah sudah lah." Aku berja
ka
manggilku, rasanya dek
angan sampai aku melihat ke atap-atap langit rumah. "Siapa itu, jangan ganggu! Pe
ss .
dan menutup pintu, kemudian, dengan segera meraih ponsel yang tergeletak di atas meja kamar. Men
Bu," tegasku. "Iya, Non, sebent
suara motor dari luar, setelah
ku menghela nafas sedikit lebi
Bu, tadi bayangan hitam memanggilku dan menampakkan terus menghilang," aku menceritakan dengan suara panik. "Oh, dia la
ng
kalu jadi, ya." "Iya, Cin, terima kasih, tadi aku melihat sosok bayangan hitam
aku sendirian, sekarang Bu Ijah sudah pulang, aku tunggu ya, nanti," membalasnya dengan emot harapan. "Ok
," aku melihat tidak jauh dari Bu Ija
, menghilang!" setan itu menghilang. Bu Ijah menoleh dan
Srek ...
"Beneran, Bu, tadi aku lihat terus menghilang," sahutku. "Ya sudah, Non, di kamar saja dulu," ujarnya membawaku ke kamar, Bu Ijah menuntunku hingga atas ranjang. "Iya, Bu, masaknya agak banyakan, Bu, nanti ada Cinta
*
a dawaa-iha." "Wa 'aafiyatil abdaani wa syifa-iha, wa nuuril a
sholawat dari dapur, membuatku merinding. Hingga tak terasa aku me
wa syifa-iha, wa nuuril abshoori wa dliyaa-iha." "Wa 'ala aalihi wa shahbihi wa sallim." "Hiks...
sam