icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Pembalasan Arwah Seorang Istri

Bab 6 Kedatangan Ayah Tari

Jumlah Kata:1018    |    Dirilis Pada: 29/07/2023

tak mengerti dengan apa

ang ke rumah dulu. Mau ambil uang." Lalu, Lilis beranjak dari duduknya

erumahan yang tak jauh dari rumah Ningsih. Semua orang yang berada di kampung itu terasa sangat asing bagi Tari. Orang-orang yang Tari lihat semuanya cenderung

ar

ubuhnya saat sadar ada yang membangunkannya. Ia sendiri merasa heran, karena biasanya, jika Marni atau Sella ya

tangan kekar itu menggoncan

ek mata yang belum sepenuhnya terbuka dengan lebar. Ma

, sudah beberapa Minggu Tari tidak bertemu den

tang. Bangunlah, matahari udah mulai meninggi. Jangan jadi pema

sembari memegangi hidungnya yan

sih tertutup dengan rapat. "Lihat, diluar sana sudah sang

ri akan bangun

belakangan ini, dan juga tentang mimpi yang hampir tiap malam ia alami. Mimpi yang terasa sangat nyata baginya. Karena Tari tahu, ayahnya t

a sama Ayah?" Budi berjalan mendekat pada Tari yang masih d

ya dengan apa yang dikatakan oleh Tari. Meskipun Budi terlihat sangat sayang pada Tari

ah terlebih dahulu bicara pada suaminya, bahwa Tari tidak ingin lanjut kuliah. Marni membohongi Budi, jika Tari ingin fokus belajar menari dan tidak ingin melanjutkan untuk kuliah. Budi ya

ini, Tari ser

u disini

ke dalam kamar Tari yang pintunya memang tidak

ta makan dulu, yuk," aj

an beranjak dari duduknya dan keluar

amu ngadu yang enggak-enggak sama ayah kamu!" a

spresi wajah Tari yang sudah tidak lagi takut padanya, mencoba mencubit lengan Tari. Belum juga tangan Mar

di bagian pantatnya. "Kamu doron

enutup mulutnya yang hampir saja mener

i. Karena sedang emosi, Marni lupa jika suaminya kini sedang berada di rumah. Pa

hendak duduk di kursi untuk sarapan, mengur

apa, Marni? Ngapain kamu duduk di lantai?" Budi terperangah melihat istrinya yang sedang terduduk

aku di

tadi, Yah." Tari me

arni. Ayo cepetan bangun

gak jatuh sendir

lagi Tari memotong ucapan Marni. Lalu Bud

ar dari kamarnya. Sementara itu, Marni ter

n kakinya kembali menuju ruang makan. "Bukannya bantui

menyangka ternyata Tari yang selama ini selalu menuruti perintahnya dan takut padanya, kini berani melawannya. Jangankan untuk melaw

sebelumnya, jika Tari ingin mendekati ayahnya, Marni selalu sigap untuk mendahului mendekati

rdiri sendiri. Tangannya memegangi tubuh bagian belakang yang terasa sangat sakit. "Aw ...

dapannya. Wajahnya berhadapan langsung dengan cermin. Saat matanya tak senga

ghhh

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka