Pembalasan Arwah Seorang Istri
u? Kamar s
buat dari kapuk. Suasana kamar yang sangat berbeda dengan kamar dirumahnya yang terkesan modern. Berbeda dengan kamar ini, yang terlihat seperti kamar pada jaman dahulu. Dengan
foto tersebut. Didalam foto itu terdapat sepasang suami istri yang terlihat tanpa ekspresi. Tari merasa sangat asin
seperti tidak
terlihat sangat sepi. Seperti tidak ada kehidupan sama sekali. Akan tetapi, diluar sana terl
auh dari kota. Terlihat dari suasana diluar sana yang
ya suara semilir angin yang menggoyangkan dedaunan. Tiba-tiba bulu kuduk
, krie
jak kaget saat pintu kamar terbuka dengan me
mangkuk dengan bubur yang masih mengeluarkan asap. Aroma khas dari bubur ayam, seketika membuat Tari
ang. Ada sedikit lega di hati Tari saat ia menatap wajah wanita yang memberikannya senyum yang tulus. Seperti senyum seorang ibu kepada anaknya. Bah
na, Bu?" tanya Tari masih belum ingat baga
elai lembut rambut Tari yang panjang terurai. Perasaan hangat menjulur ke dalam hatinya. Sudah lama sekali ia tidak pernah merasakan belaian lembut dari
. Nanti buburnya keburu dingin
sa-sa
ikiran Tari. "Ayo sini, makan. Oh ... kalau begitu Ibu tunggu diluar kamar saja, ya. Barangkali Neng geulis malu kalau makan di depan Ibu." Lagi-lagi Ningsih bisa menebak apa y
i tau apa yang ada dip
ap yang masih mengepul diatasnya seolah-olah melambai-lamb
meja. Ia lalu duduk di di kursi yang ada di dekat meja. Tangannya mulai menyendok bub
perutku rasanya kenyang banget." Tari memegangi perutnya yang kekenyangan. "
ntu kamar. Mula-mula Tari menengok ke kanan dan ke kiri melihat sekeliling, sepi. Tak ada orang sama sekali. Tari melangkahkan kakinya keluar kamar. Ia bingung akan mencari Bu Ningsih kemana. Suasana rumahny
asana diluar sana. Dengan pelan, Tari membuka pintu lalu melangkah keluar rumah. Hawa dingin langsun
ku sampai ke tempat ini." Tari mendekap erat tubuhnya yang kedinginan. "Tapi aku suka tempat ini, udaranya sej
Seperti rumah Ningsih yang memiliki halaman cukup luas yang ditumbuhi oleh beberapa pohon yang memiliki daun yang rindang, seperti pohon mangga dan juga pohon
ri, kini semakin dingin lagi. Sepertinya malam akan segera tiba. Matahari mulai tenggelam berganti dengan b
idak ada yang mengumandangkan adzan Maghrib?" Ta
eperti suara anak kecil yang sedang merengek dan suara ta
usia, si
lu kuduk Tari meremang saat ada sebuah tangan yang memegang pundaknya. Tangan itu terasa sanga