KEPINCUT PREMAN SALEH
u keluar dari kamar mandi, Farhana mendapati 3 bungkus nasi uduk di atas meja makan. Harumnya terc
sebungkus nasi uduk dan membawanya menuju ruang tengah. Suda
il berjalan menuju kamarnya. Rambutnya yang b
a tontonan yang sedang ia saksikan terlihat lucu. Setelahnya pemuda
il mengeringkan rambutnya. Setelah kering, ia sisir rapi rambut hitam lurusnya dan ia ikat dengan ikat rambu
ya menggema di dalam rumah. Raziq suka sekali menyalakan sound system sambil memutar lagu-lagu dari band populer internasional yang begitu digemarinya itu. Tidak hanya lagu, ada saja pe
ing dan meletakkannya di atas meja. Lalu ia menyiapkan teh manis hangat untuknya sendiri. Beberapa deti
pun berhenti mengunyah. "Tumben Usman kirim
di balik bakwan ini," pikirnya berburuk sangka. Apalagi jika teringat isi chat antara Sintya dan Us
lam rangka apa? Ultahkah?" Farhana duduk menya
an karena elu udah lulus pesantren. Kenapa?" Raz
." Farhana meninju
an. Sementara Farhana berlalu meninggalkan Razaq sendirian di rumah. G
*
Yang ditegur pun menoleh. Wajah Rey langsung memerah karena tersipu malu. Saat seperti ini justru memb
gkol kesukaan abang. Eh, maaf ya kalau napas abang bau." Rey langsung menutu
lanya sambil sedikit tertawa. "Sa
ih muda, bertubuh agak gemuk, dandanan menor. Kulitnya kuning langsat dan bicaranya men
hingga Rey bergeser. Terlihat pemuda itu merasa tidak nyaman. Farhana yang menyaksikan pun begitu risih. Gadis penjual jamu itu berpakaian sangat ketat hingga membuat b
i abang yang bayar." Rey justr
gan matanya dari tubuh saya ini, loh. Punya selera bagus dia itu." Gadis penjual jamu itu melirik ke arah Far
dari balik pintu. "Maaf, ya, neng Hana nunggu kelamaan. Dari sema
bakwan sama pisan
mungkin, Mp
nya si
ah makan apa?"
wain jamaah majlis taklim. Karena nggak habis terus diangetin dan dibagiin di
minum obat?
mpok baru balik hari Sabtu nanti. Ya beginilah kalau hidup berjauhan sa
gak tega lihat Mpok pucet begi
elu nanti." Bu Romlah melirik Farhana yang tiba-tiba salah tingkah. Mendengar ucapa
tri salehah kayak neng Hana. Eh, maaf, Neng.
Rey nanti anterin ke bidan Hayati aja yang dek
a pamitan ya, Ban
ga dimana ia biasa memarkirkan sepeda listriknya. Lalu gadis itu mulai mengayuh dan
tadi. Gadis itu penasaran dengan maksud dan tujuan sebenarnya Usman. Entah mengapa ia meras
*