Perjodohan Adiratna
perlahan terbuka, menampil
an sekeliling. Ia baru menyadari bahwa sekarang dir
rta harus memeriksa banyak dokumen. Jadi ia tid
sinya. Namun sesuatu di pundakn
ng, Zaidan mengambil selimut itu. Ia mencoba mengingat-inga
bawa selimut ke dalam ruang kerjanya
yang masuk ke ruang
ng kerjanya dan berjal
•
Zaidan dengan nada penuh penekanan di setiap kata yang i
elihat Zaidan yang tiba-tiba datang dan marah-m
tna!" bentak
!" Adiratna tidak mau kalah, ia juga balas membentak Zaidan.
engang. Ia tidak mengharapkan reaksi itu dari Adiratna
sekar
ebentar lalu terkekeh lagi. Lama kelamaan kekeha
seperti apa. Ia sendiri bingung me
aya?" tanyanya da
mengangkat dagu seolah menantang Zaidan. Ia harus sedikit mendongak unt
ajah Adiratna. "Saya tanya sekali lagi, kenapa kamu masuk ke ruang ke
njian apanya? Di perjanjian itu hanya tertulis bahwa aku nggak boleh masuk ke kamar kamu, dan kamu juga nggak
lu melemparkannya ke sembarang tempat.
alan mendek
sekarang tubuh Adiratna pasti sudah
i Zaidan. Namun, sepertinya Zaidan tid
ekat, Adira
auh karena terhalang meja riasnya. Kedua tangan Zaidan me
ke kamar kamu? Saya pemilik rumah
ak diantara keduanya sangat dekat. I
r otak agar ia bisa lepa
Merasa kalah?"
terus berada dalam
ain, Adiratna harus
ngalungkan kedua tang
leh melanggar bukan?" Adiratna mendekatkan tubuhnya ke tu
ng di leher Zaidan merayap d
t Adiratna menempel padanya. Sensasi tangan Adiratna yang merayap di lehe
iratna. Pria itu tidak mengatakan apa pun l
rnya, Adiratna langsung menjatuhkan tubuhnya.
tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan. Kelakuann
eng-gelengkan kepalanya. "Aku emang b
umpu pada meja rias. Kakinya masih lemas. "Aku b
•
sini, padahal biasanya ia tidak pernah sarapan dan langsung pergi ke kantor. Namun, bela
Ia memperlakukan Zaidan seperti tamu restaurant, lengkap
an sedikit pun keceriaan, pria itu te
an bibi udah capek² masak, tapi masak
ung karena makanan. Ia lanjut mengunyah makanan
sak semua sarapan itu, tetapi nyonya nya itu harus berbohong agar Zaidan mau makan masakannya. Jika ti
Bi Sumi sambil melihat
wajah Zaidan. Dengan begini, ia tidak akan melanggar perj
mereka berdua sama-sam
mukul kepalanya. "Jangan
ngkat ke kantor. Melihat itu, Adiratna seg
, tanpa mengucap sepatah kata pun, pr
na selama tinggal di sini, ia tidak pernah sama sekali menyiapkan keperluan kanto
menyiapkan perlengkapan Zaidan. Sekarang
stri yang hanya mengincar harta su
•
a dalam diam, ia terus meneru
p layar laptop, tetapi piki
Ia tidak bisa fokus sama sekali pada pekerjaannya, wajah
bagaimana perasaan saat tangan wa
annya secara sembarangan dan m
ah sekacau in
ang dia piki
menyentuh tubuhnya ia
akal. Ini
rang sudah waktunya makan siang dan ia malas keluar, ia ingin maka
rumahan?"
meminta Bi Sumi mengantarka
ih handphonenya lalu men
kontaknya, ia la
di kamarnya mendengarkan telepon rumah yang berdering. Wanit
Tuan Zaidan Birmant
akanan terus antar ke ruangan saya ya,
aidan langsung menutup te
annya itu. Lalu kemudian senyum lebar menge
at mencari Adiratn
ng memanggilnya. Ia melepaskan earphone di telinganya lalu keluar k
" tanya Adi
mengatur nafasn
dulu nafasnya? Samp
ar. "Tuan minta dimas
gung. "Memangnya dia sudah
untuk memasak. Nanti malah ketahuan kalau sela
, Tuan minta dimasakin, tapi nant
mengembangkan se
engangguk
"Kalau gitu cepetan Bi, kasian
apur. Mereka terlihat sangat sibuk, dari m
i mulut Zaidan, Adiratna tetap beryukur karena masakannya diterima oleh Zaidan. Walaupun ia sendiri t
•
ri tepat di depan perusah
rga kaya, ayahnya dulu direktur utama dari perusahaan besar, ibunya sekarang adalah salah satu petinggi d
ebut dan naik lift. Bi Sumi mengatakan b
dari lift. Ia menatap sekeliling, di lantai ini sangat
yang bisa s
orang wanita cantik dengan pakaian khas karyawan wanita. Wanita
angan Pak Zaidan," j
a bergerak turun dari atas keba
, apakah ada yang sa
akai yang aneh-aneh, hanya sepatu kets putih biasa. Ia juga mengenakan topi hitam, r
yang
gganya Pak Zaidan?" tan
ah
ruangannya. Ruangannya di sebelah sana," ucap wanita itu sambil menunjuk sebuah pintu.
wanita itu langsung perg
u tunjuk lalu berterima kasih. Ia kem
kepalanya. "Masih muda tapi jadi asis