Perjodohan Adiratna
unjukkan puku
idan pulang dari bekerja. Sebagai seorang pemimpin dari sebuah perus
sedang lembur di kantornya, itu
nti ketika suaminya pulang, dia bisa menyambut kedatangan sang
ang. Matanya terasa berat dan sesekali menutup. Ia berusaha teta
ntuk," gumam Adiratna, lalu per
menemukan bubuk kopi dimana pun. "Di mana ya?
dan laci hanya untuk mencari
melihat kulkas
angkuk sup. Sup itu adalah sup yang ia masak tadi pagi untuk sarapan. Seperti
m kulkas dan menyalakan kompor. Ia m
lezat. Bagi sebagian orang, kopi dan sup bukanlah perpaduan yang
nikmat. Adiratna tidak ingin sombong, tetapi ia me
dulu Adiratna sangat mengenal pria itu, bahkan makanan favoritnya pun Adiratna hafal. Zaidan itu menyukai makanan berkuah dan kur
ratna ingat betul bagaimana dulunya Zaidan sangat bersemangat menceritakan impia
impiannya. Karena insiden itulah, Zaidan terpaksa memb
mua karena
salahku," bisi
•
ah kota. Tampak 3 orang pemuda dan 1 wani
m bar tersebut, dengan penerangan ya
aja main di luar sampai jam segini," omel Trisn
gem di kamar, bukan di Bar," sambut Ronal, salah seo
ak dia ya sayang," ucap Leo sambil mel
egakkan tubuhnya. Ia lalu menarik tangan Leo dan memisahkan pria itu d
membuat ekspresi sedih. "Ca
itu. Ia sebagai sepupu Zaidan memiliki
, kasian istri kamu nungguin. Uda
lagi. Udah beristri nggak usah
ang. "Kenapa kalian ngusir saya? Padahal saya ke sini cuma untuk melepas stress. Lag
pun. Ini sudah yang kesekian kalinya mereka menasehati pria it
jah Adiratna yang sedang meniup tangannya. Wajah wanita itu terus sa
dan menghembuska
Zaidan kelihatan stress nggak s
udah setengah mabuk. Trisna, usir pulang gih abangmu itu, tak
menyuruh Zaidan pulang. Adik perempuan satu-satunya itu
ma jajaran pemimpin perus
Zaidan tidak lagi mempr
g tos karena akhirnya merek
•
nya. Rumah megah yang ia bangun s
i dalam garasi sebelum
masih bisa melihat sedikit cahaya redup dari ruang tamu. Zaidan be
dur dengan posisi duduk dengan kepala yang dibaringkan di atas meja kaca
at. Mungkinkah wanita i
ri lampu belajar yang ada di depan Adiratna. Zaidan juga meli
ajah Adiratna yang sedang
ya dan menatap Adiratna sekilas
pai tertidur dengan posisi tidak nyaman seperti it
dan tidak peduli, ti
angan. Sepatunya juga ia lepas asal, dan langsung melemparkan tubuhnya ke atas kasur, tanpa
an hanya makan sepotong roti seharian ini karena tidak sempat mencari makan di luar. Jadinya dia pergi
•
mbuka mata,
sudah jam
amun sedetik kemudian ia kembali
rku,
, tentu saja lehernya akan terasa pegal. Apa
an ia bisa sedikit mengangkat kepalanya. Walaup
t kaget setel
pagi?"
esampainya di depan pintu kamar Zaidan, Adiratna hendak memb
eh masuk ke
l harap-harap cemas ia menunggu pintu itu terbuka. Apakah Zaidan
Adiratna kembali mengetuk, ka
ng terlihat baru bangun tidur. Rambutnya yang acak-acakan se
erkata-kata. Dengan susah pa
al Zaidan yang membuat Adiratna sulit m
meliuk-liuk dengan proporsi sempurna. Perutnya yang berbentuk kotak-kotak, atau Adiratna sering mendengar
jika ia yang menyentuh otot-otot itu, menyentuh
?" tanya
my
kencang. Suara serak khas bangun tidur Zaidan terdengar s
Adiratna tidak bisa
esal, wanita ini mengganggunya pagi-pagi buta dengan menggedor-gedor p
rlahan. "Kalo nggak ada hal penting yang mau dibicar
nya, ia kembali ke dalam kamar dan melemparkan diri di ata
nahan nafas akhirnya mampu
mamnya sambil memu