Jangan Ambil Papaku
enalkan! I
MH
a yang baru saja diperkenalkan Papa dengan panggilan Bunda. Wanita dengan dand
DA! KASIH TANGAN!" pekik Papa yang membuat be
pa sudah mempermalukan aku di depan teman-teman ku. Mereka semua sege
annya sekilas, hanya sebagai penghormatan kalau dia adalah
nya karena aku tak mau Papa menganggapku sebagai seorang anak yang du
ni?" tanya Papa samb
i-lagi hanya demi kesopanan. Kalau boleh mem
enggokmu. Heran, kok ada gitu seorang ibu melupakan anaknya begitu saja,
T
k sekalipun Mama melakukan hal yang seperti Papa tuduhkan. Mama perempuan yang se
kata-kata itu sampai lolos ke bibirku, pastilah kelima ja
uara tawa perempuan itu, mirip sekali dengan suara tawa Mbak Kunti yang sering ku lihat di ta
n lelah, butuh istirahat. Seharian bundamu menemani
a, tempat dia biasa meletakkan dompet. Aku sudah sedikit merasa senang, Papa akan memberiku uang. Uang saku yang d
untuk mengelap keringatnya. Tapi aku masih berharap, Papa memberiku ua
enempel bagai lintah. Aku hampir tak percaya dengan
beriku uang saku,"
perti yang lalu-lalu. Kalau dulu, pandangan Papa selalu lembut dan penuh kasih sayang, ke
oros! Kalau kamu masih mau sekolah. Lagian ini sekolah berasrama, bayar di sini sudah mahal. Jadi kamu harus berhemat. Sadar diri, jangan berl
Papaku tak pernah sebawel dan sepelit ini pada anak-anak nya. Apa
ratus ribu, itupun dua minggu lalu. Mana cukup
a kerja siang malam, kalau memberimu uang saku saja ta
ang dia maksud, aku tak pernah tau, bahkan tak pernah pengen tau juga
, Pa? Mama k
n mamamu. Papa pamit. Baik-baik kamu belajar di sini! Ingat, ini s
muak padanya. Bisa-bisanya Wanita lintah itu mencuci otak papaku. Papaku banyak berubah sekaran
ri di sini, di pendopo yang menjadi tempat kunjungan orang tua pada anaknya yang menimba ilmu di sekolah berasrama ini.
yang kutempati bersama ketiga teman ku. Mereka belum kembali
srama. Dulu keluargaku juga begitu. Mama, Papa dan kedua adikku, datang menjenguk ku ke sin
g mengejutkan dari Mama, kalau Papa ternyata sudah selingkuh, dan hidu
guasainya. Wujudnya tak lebih cantik dari mamaku. Jauh. Mamaku tetap cantik dan anggun dengan kesederhanaannya, berbanding terb
mpung aku sedang sendirian, akan ku puaskan diriku untuk menangis. Agar nanti, se