Senyum penyesalan
?" Mazaya tersenyum manis menyambut suaminya
stri Adam menjawab sambil menari
dam merasa beruntung mendapat istri yang begitu pengertian. cantik, baik, lembut, santun, dan patuh, itu semua ada di dalam diri Mazaya. Dan itu semua adalah milik Adam dan h
rnah di sentuh oleh sang suami, entah apa
as kop
s kopi hitam kesukaannya di meja, aroma dari kopi yang meng
ipis. Sesaat mazaya terpaku melihat itu, selama pernikahan m
tipis tapi itu sudah membuat dia senang, perjuangannya selama tiga tahun lebih da
m yang langsung di makan oleh sang suami dengan lahapnya. Semakin senang saja Mazaya menyaksik
ekolah, sekalian nanti mampir ke rumah Abi dan umi,"
ih sering menunduk di depan suaminya itu, jika ingin melihat sang suami dia
au umi bertanya," Adam menjeda kalimatnya, dia menoleh kearah mazaya dan tersenyum. Senyum yang lebih
ku akan pulang lebih cepat", Adam melanjutkan uca
ng suami untuk yang kedua kalinya. Jika kalian mengatakan dia lebay itu tak masalah bagi Mazaya, karena untuk mendapatkan senyum itu but
h kearah Mazaya, dia mengerutkan alis saat meliha
nyentil dahi Mazaya "ke
nya, sungguh dia malu jika sampai Adam melihat wajahnya yang memerah hanya karena sebuah senyuman. Ditambah ta
dalam hening. Setelah beberapa menit mereka selesai,
kan salam ku pada umi dan Abi." uc
kang hingga di depan pintu. Dia menyodorkan tangan dan Adam yang menge
gelus kepala mazaya yang berbalut hijab coklat. Dia
membuncah rasa bahagia hanya karena perlakuan Adam hari ini. Entah mimpi apa dia tadi malam hingga sang suami bisa berubah seperti itu, per
lai menunjukan ketertarikan akan dirinya. Dengan langkah yang ringan dia mengambil tas untuk segera berangkat mengajar. Dia mengeluarkan s
enggunakan mobil. jawabannya, ya karena menurut Mazaya mot
nya bibir Mazaya melengkung membentuk bulan sabit, ini merupakan hari yang membu
n melangkah menuju ruang guru, sepanjang lorong dia tak henti menebar senyum
pun menyukai sifat Mazaya itu. Dia sampai di ruang guru dan langsung menuju meja nya, kerutan di dahinya m
ru kepala sekolah yang melan
tadi yang sudah berdiri seoalah menyambutnya. Dia
ang akan menjadi murid ibu, dan ini wali nya buk
, perkenalkan saya Mazaya." Dia mengulur kan tangan
nggam uluran tangan Mazaya. Mereka saling tersenyum namu sedetik kemudian senyum Mazaya luntur dan be
geja namanya dengan sedikit penekanan yang mana hal it
aya seperti tadi, dia hanya refleks melakukan itu semua karena merasa bersalah atas pe
gan mencekam setir mobil "maafkan aku Aya."