Obsesi CEO Mesum
, Haah? Bisakah kau
es lipstik merah menyala itu mengerucut saat mendengar dering telepon yang terdengar nyari
elpon malam-malam begini.
Angkat tuh telepon
n malam mereka di dapur dari pada mengangkat telepon sendiri yang jaraknya hanya tiga meter saja darinya duduk saat
i terus berdering dengan nyaring. Ia tak merasa marah atau kesal sama s
h masuk kamar. Maklum saja semenjak dirinya sakit-sakitan, ia jadi sangat menjag
erbicara pada seseorang yang terd
ia dengan suara yang tak terlalu jelas. Hujan yang diiringi
hal
apak Wijaya?" tanyanya lagi deng
dengan siapa?" Alun
dikendarai oleh seorang pria atas nama Ardhan putra Wijaya terperosok ke jurang.
AR
. Gagang telepon yang dipegangnya terlepas dari pegangannya hingga seseorang yang
ng menjerit dengan posisi yang te
ibu mertuanya langsung menoleh dan menatap bingung pad
uh darinya langsung menghampiri Aluna yang terus
sa melanjutkan kata-katanya. Tangisnya pecah,
na pun ikut menghampiri mena
telepon yang masih menggantung. Wanita itu menyadari jika sambungan telepon itu
tna ketika ia berbicara dengan seorang poli
erdengar lagi, Aluna tak sadarkan d
N. GAK MUNGKIN! AR
tkala Nyonya besar pun ikut menjerit lalu
a siuman, ia segera memberitahukan kaba
an di rumah ini, ia begitu ramah dan dermawan. Tentu sikapnya itulah yang membuat semua pekerja di rumah i
baya dengan suara yang bergetar. Beberapa kali pria itu memegangi dadanya. Ia juga sem
yang mampu mengangkat derajat orang tua hingga mereka bisa menikmati hasil jerih payah dari perusahaan Wijaya yang dulu hampir bangkr
ang sudah hampir hilang. Air mata tak hentinya mengalir hingga membuat kedua matanya sembab. Wanita
masih hidup," ucap Tuan Agung membodohi diri sendiri. Ia sangat tahu, itu semua mustahil. Dari plat
i. Ada yang aneh dari putra kedua pasangan itu, ia tak sama sekali mengeluarkan air mata. Padahal sudah jelas, kakaknya
tu masih tak sadarkan diri. Ia berada dalam pangkuan Bi Sumi dan pelayan yang lain yan
Semua tak tertidur hingga saat subuh tiba, sirine ambula
t tangis kembali terdengar bersahutan tatkala jenazah diturunkan dan dibawa
an petir yang menggelegar kencang seakan mengiringi kepedihan seorang wanita y
n tinggalka
n masih memeluknya dengan erat di atas pembaringan, kini terbujur kaku tak bernyawa. Pria y
ng melihat begitu iba padanya. Gadis malang yang baru satu tahu
giringi proses pemakama
kali iba melihatnya. Tangannya menarik wanita yang masih tergugu memeluk pusara yang basah dan kotor itu. Paka
dhan tak menikah denganmu, mungkin dia tak akan me
ambu