icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Perawan Satu Malam

Bab 5 Masalah

Jumlah Kata:1096    |    Dirilis Pada: 10/06/2023

laju di jalanan beraspal hingga berhenti tepat

tasannya yang masih duduk dengan pandangan kosongnya. "Sudah s

Steve membuat Ben semaki

alah yang menimpa atasannya itu bukan masalah sepele. Dalam hatinya Ben berharap semoga masala

tasannya yang masih setia dengan lamunannya. Ben menarik napas dalam sebelum menegur atasannya

tak dapat ia sembunyikan lagi. Bingung lantaran asistennya berada di dekatnya dan menatap dirinya penuh tanya. Ben mungkin penasaran kenapa bosnya ini bengong sampai tak menghiraukan teg

ve masih menatap asistenny

menjawab seakan tidak takut kena semprot

rbeda. Tatapan yang semula heran kini berganti dengan tatapan penuh

Habis sudah riwayatnya. Pasti setelah ini

"Kenapa kau diam saja, Ben?" seru Steve, tanpa menunggu jawab

ak

sepertinya saat ini mood nya sedang tidak baik-baik saja. Kala

keras itu mengundang perhatian mereka, termasuk resepsionis. Mereka kompak mengelus dada lalu menundukkan kepala k

segan-segan Steve memecat tanpa hormat karyawan yang berbuat curang. Ketika bersama relasi bisnisnya pun begitu tidak jarang dia membatalkan sepihak kerja samanya lantar

entik bibir tipis dan netra berwarna biru. Ketampanan Steve tidak dir

tadi malam dengan mata kepalanya sendiri Steve melihat wanitanya bercumbu d

hi undangan kolega bisnisnya. Hanya undangan makan malam biasa

k. Betapa kagetnya dia kala melihat pemandangan di dalam kotak besi yang tinggal beberapa senti lagi akan tertutup. Terlihat jelas di dalam sana kalau si wanita itu adalah kekasihnya. Meskipun ia hanya melih

buat amarah Steve kembali memuncak. Bahkan pintu ruangan yang tidak be

an. Sudah dua kali dia dibuat terkejut seperti ini, apal

dak bisa dihubungi. Tepat jam sembilan tadi tiba-tiba Steve menelpon dan meminta untuk menjemputnya di hotel semalam dengan membawa setelan formal lengkap. Ben kira atasannya itu tida

ke dalam ruangan Steve. Sesampainya di da

tu karena dirinya merasa tida

ntu dulu," kata Steve masih menatap asist

nya ia terus mengutuk atasannya itu. Biasanya dia langsung masuk begitu saja ketika seda

meminta maaf karena tidak mungkin dia memban

an kursi kebesarannya. Netra tajamnya masih setia menata

untuk menarik napas saja rasanya sulit. Apalagi kala ia melirik wajah atasannya mel

dan sedikit mengurangi sesak yang Ben rasakan. Set

kan ucapannya sudah disuguhkan dengan sesuatu yang berhasil

hingga emosinya memuncak. Biasanya kalau ada client yang membatalkan kontrak kerja tidak pe

gan tangan menumpu di atas meja. Napasnya tersengal men

dengan tatapan penuh amarah. Tidak salah Ben menjuluki masuk ke dalam kandang sin

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka