Pernikahan Tanpa Cinta #1
ada banyak orang kalau aku sudah berdamai dengan masa lalu, dengan Arvin dan segala macamnya. Namun, Arvin malah turun tiba-tiba dan menghampiriku. Membuat kami men
papa, mendadak berdiri di sampingku dan menggengg
k percayanya. "Nggak mungkin lah. Aku tau lho kalau Mas Aksa belum mov
peduliku, tahu saja tidak siapa itu Rasha. Aku melirik tan
h tau pera
" Arvin masih keukeuh. "Mas mungkin belum tau. Tapi mbak
dengan Aksa. Tapi, sedetik kemudian aku sadar kalau mengatakan itu sama saja melempar diriku kembali ke cec
," tegas Aksa. Aneh, suaranya jadi makin dal
ni bisa menyelamatkanku d
mengedikkan dagunya ke arah Dina yang kerepotan. Kemudian menarik tanganku, menja
berbalik menghadapku. Yah, sesaat aku menahan napas. Pria yang tadi sempat kupuji, sekarang berada dekat dengan pandanga
uma mau nyelameti
akasih. Tapi, kok Mas ta
suaranya. Dia tida
tanyaku. Dia
sa
ak b
a," ujarnya. Aku heran, lagi. Dia tahu per
.. Arvi
embel-embel 'mas'." Wajah Aksa mengerut. "Memangnya aku udah setua apa,"
at. "Oke. Jadi. Aksa. Kamu tau aku?" tanyaku menunju
ku kena
aku enggak
wajahnya. "Nggak papa
ak kapan k
a tahun yang lal
adak, aku merasa tidak senang. Namun, meskipun hanya praduga, aku tid
Aku mendongak dan tersenyum kaku ke arahny
sekarang, deh. Duluan ya ...." Aku mengambil langkah menjauh dari Aksa, bahkan sebelum pria itu sempat membalas perkata
*
nku dengan Arvin. Bahkan aku sempat menganggap jika Arvin adalah orang yang akan aku jadikan teman hidupku selamanya, nanti. Sampai bencana buruk itu terjadi. Arvin awalnya berada di sisiku, mendukungku. Tapi, di satu waktu, entah apa yang terjadi, dia malah berbalik dan ikut-ikuta
an?" "Ya nggak kemana-mana. Cuma lama aja di resepsi Bang Arvin." Kalila menjawab tak acuh. "Ngomong-ngomong. Kakak sama Bang Arvin, beneran udah ....." Kalila sengaja tak menyelesaikan ucapannya. Dia menatapku s
aan sudah tak ada lagi dalam kamusku. Atau lebih tepatnya, saa
u mau pergi lagi?" tebakku langsung. Kalila mengangguk membenarkan. "Iya. Kenan yang ajak." "Tapi, kalian baru pulang?" "Iya emang. Cuma Kenan mau ngajak dinner gitu," jawabnya yang
dikatakan dewasa sempurna. Aku hanya khawatir. "Udah ya. Aku mau jalan dulu. Jangan cemas-cemas deh kakak aku sayangg ...." Kalila dengan gemas menghampiriku. Memelukku erat. Kem
*
malam, aku menolak ajakan mama untuk bergabung ke ruang keluarga. Memilih untuk naik ke kamar dan tidur.
adi sempat padam kini mencuat. Aku melompat dari ranjang. Keluar kamar dan pergi ke kamar Kalila di lantai bawah dekat tangga. Dan dia tidak ada di sana. Aku melihat ke sekeliling, rumah tampak lengang, semua orang pastinya beristirahat. Aku lalu mencoba menghubungi Kalila, ta
*