Pernikahan Tanpa Cinta #1
g berdiri sembari tersenyum lebar. Aku merentangkan kedua tanganku saat mama sudah dekat dan yah, aku bisa
tap Keyra brutal, dari atas ke bawah, dari bawah ke atas. "Kamu kok nggak bilang-bilang mau
uma mau buat
bener-bener stay?" Bang Milan, laki-la
arena jujur saja aku kangen dengannya. "Satu ta
n apa
ku menjulurkan l
." Ejeknya balik. Tapi, ak
n papa, menciumnya takzim. "K
bawa dan kharismanya sungguh tidak luntur. Jangan tanya seberapa banyak rasa
cak pengen pulang begitu Kalila ngabarin kamu
Keyra jadi mendad
menyela. "Kepulangan kamu juga kebetulan banget pas d
ini hari pernikahan Arvin sama Dina, sudah bisa dipa
serius, berikut tatapannya. "Kamu uda
kku lima tahun yang lalu. Dimana ada posisi yang begitu besar diperanka
ipikir-pikir mereka cocok bersama. Jadi, aku baik-baik aja kok." Aku
takdirnya? Semuanya demi kebaikan kita. Jadi, walaupun nyakitin banget, seenggaknya kamu jadi jauh dari orang-orang
o itu terhapus karena seseorang, kan
cari tau lebih dala
antu jug
kenapa harus dicari tau? Bisa aja orang itu ngehapus semua video karena pe
Benar, sekali. Kenapa aku m
e hotel Angkasa. Nggak enak sama keluarga Pak Tora.
ggak kalau baanyakk banget orang-orang yang khawatir keluarga kita sama
n Arvin memang cukup membahana. Tapi, anehn
lih baju yang pas buat kamu." Mama men
atnya bareng Kenan, ya? Dia udah di depan soalnya." Kalila menunjukkan
n Kalila mengangguk. "Di
Raut kagetnya secepat kilat berganti jadi raut salah tingkah. Aku hanya memutar
a Kenan atau aku mungkin memang mengenalnya. Tidak ada yang bisa kupastikan sebelum bert
*
yang makin berlimpah ruah. Sepanjang berjalan masuk, aku merasakan ada banyak pasang mata yang sedang menatapku. Dan aku
aja, Ma." Aku berbisik pelan. Ge
uk menampar semua pandangan itu. Kamu tunjukkan kalau Arvin udah nggak ada pengaruhnya lagi ke kamu." Mama berujar pelan, tapi ketegasannya b
pai tak terbatas. Persetan dengan orang-orang ekspetasi tinggi ini. Apapun yang
an pandanganku. Aku bisa melihat keterkejutan yang cukup luar biasa di wajahnya. Awalnya aku mau mengacuhkan. Tapi mengingat tujuan kedatanganku adalah mengatakan pada semua orang, termasuk Arvin, bahwasanya tidak ada
a-tiba. Aku melirik meja yang kursinya kosong tidak ada yang menempati
i aja. Masih agak cape
ntar, ya.
ulu. Dan benar saja, setelah beberapa detik melemparkan pandanga ke segala arah. Akhirnya Keyra dapat melih
mpan. Sepertinya saat ini akan lebih baik jika aku meminta saran dar
i dan sukses terdiam kala melihat wajah pria yang super tampan. Kemeja putihnya yang tampak mulus dengan
perti ketahuan lagi ngelihatin seseorang. "Kamu liat siapa?" Pand
ila,
enggoda. Aku hanya terkekeh malu. "Kebetu
a?" tanyaku. P
uh beda dari kamu, berapa tahun gitu di atas kamu." Papa memberitahu. "Dan masi
..
pantes buat kamu. Jiw
dijodoh-jodohin gitu."
ipsikan pria yang tak ku ketahui itu, membuatku merasa bersalah sudah sebal sebelumnya. "Nggak perlu cinta-cintaan dulu. Kamu bisa
Mataku kemudian kembali memandang pria itu. Masih
kenal
ak begitu tau. Atau mungki
ma dia siapa, Pa?" tanyaku kemudian,
cukup cepat. "Namanya
*